Amuntai, Kalsel, (ANTARA News) - Berpuasa di bulan suci Ramadhan bisa menjadi obat atau sarana terapi bagi umat Islam di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, yang resah menghadapi kenaikan harga-harga, terutama sembako, bencana banjir, dan musibah lainnya.

"Ada hikmah di balik bulan Ramadhan 1434 Hijriah, yakni sebagai terapi bagi warga yang kini pikirannya terguncang akibat mahalnya harga-harga sembako dan terjadinya bencana banjir serta lainnya," kata ustadz Barkatullah Amin di Hulu Sungai Utara, dalam penjelasan yang disampaikan kepada Antara, Rabu.

Ia mengungkapkan, berdasarkan hasil penelitian seorang psikiater di Jakarta, Dadang Hawari, sekitar 20 persen warga ibu kota itu mengalami stres akibat melambungnya harga sembako, dan berbagai musibah yang terjadi.

Penelitian di Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, lanjutnya, juga memperlihatkan kondisi yang sama dengan ibu kota, yakni 20 persen warganya mengalami stres akibat berbagai tekanan hidup.

"Apabila Jakarta dan Banjarmasin menjadi patokan terkait kondisi stres warga ini, kira-kira di Kota Amuntai juga menggambarkan kondisi yang hampir sama," cetusnya.

Karenanya, sambung Barkatullah, umat Islam, khususnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, patut bersyukur dengan tibanya Ramadhan, karena bisa dijadikan sarana untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Menurutnya, pada saat Ramadhan ini umat muslim bisa melaksanakan berbagai amaliyah ibadah yang ditinjau dari ilmu psikoterapi, dan dapat menjadi obat atau terapi bagi penyembuhan kondisi stress yang dialami.

Dia menyarankan kepada umat untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan di tengah berbagai permasalahan dan himpitan hidup yang terjadi saat ini.

"Dengan berserah diri kepada-Nya kita bisa lebih sabar dan tabah dalam menjalani hidup ini," tandasnya.

Ia menyadari melambungnya harga-harga kebutuhan sembako setelah kenaikan harga BBM terlebih menjelang Ramadhan menimbulkan tingkat kesulitan di tengah masyarakat, khususnya masyarakat kecil.

Karenanya, kata ustadz, masyarakat harus lebih bijak dalam menyikapi masalah yang dihadapi, di antaranya dengan melakukan penghematan, membeli keperluan hidup berdasarkan prioritas kebutuhan dan meningkatkan usaha dalam mencari penghidupan.

"Kita harus lebih kreatif dan bijak dalam menjalani hidup agar terhindar dari stres," imbuhnya.

Ia kembali mengimbau warga untuk tidak berlaku konsumtif dalam berbelanja keperluan berbuka puasa maupun memenuhi kebutuhan lebaran.

Masyarakat harus mampu menangkap esensi yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, yakni meningkatkan kesabaran, pengorbanan dan kepedulian sosial.

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013