Anies mengungkapkan alasannya mengunjungi tempat ini sebagai pengingat bahwa Republik Indonesia didirikan untuk semua golongan.
"Republik ini didirikan pribadi-pribadi terdidik, intelektual, dan cendekiawan yang pikirannya dibentuk bukan hanya oleh bacaan tapi juga pengalaman hidup. Mereka mengalami penindasan, penahanan, dan wawasan luas, sementara mereka adalah anak anak kaum berada dan mendirikan republik untuk semua bukan untuk anaknya, bukan untuk keponakannya, bukan untuk golongannya tapi untuk semua," ujar Anies kepada wartawan setelah mengunjungi rumah pengasingan.
Anies mengatakan ingin Indonesia kembali ke cita-cita awal para pendiri republik ini, yaitu keadilan sosial.
"Mari kita kembali ke cita awal para pendiri republik ini, mereka mendirikan republik untuk keadilan sosial walaupun sesungguhnya mereka bisa hidup nyaman dalam periode kolonial, bayangkan mereka Insinyur, Doktorandus kalau mereka kerja untuk pemerintah atau korporasi Belanda mereka akan kaya raya, tapi mereka tidak. Ini pelajaran penting yang perlu kita ingatkan kembali pada diri sendiri dan semuanya karena itulah kita kunjungi tempat tempat ini," lanjutnya.
Anies berkomitmen bila terpilih nanti, tempat-tempat bersejarah seperti ini akan dikembangkan dan dibuat menjadi lebih menarik supaya lebih banyak lagi anak muda yang berkesempatan untuk belajar di tempat-tempat ini.
Baca juga: Gerakan Rakyat gerilya menangkan AMIN di Indonesia bagian Timur
Baca juga: Anies kenalkan program Pasar AMIN untuk atasi mahalnya bahan pangan
Dilansir situs Kebudayaan Kemendikbudristek, Bung Karno diasingkan ke Bengkulu setelah sempat dijebloskan ke Penjara Sukamiskin Bandung, Jawa Barat. Bung Karno ditangkap pada 29 Desember 1929 bersama dua tokoh lainnya, Maskoen Soepriadinata dan Gatot Mangkoepradja.
Setelah Bung Karno bebas, Pemerintah Belanda saat itu memutuskan untuk mengasingkan Bung Karno ke tempat lain yang jauh lebih terpencil dan sulit diakses. Setelah sempat diasingkan ke Ende, Nusa Tenggara Timur, Bung Karno kemudian dipindahkan ke Bengkulu pada 1938.
Selama di Bengkulu, Bung Karno tinggal di sebuah rumah milik pengusaha Tionghoa. Rumah tersebut berada di Kelurahan Anggut Atas, Kota Bengkulu.
Bung Karno menempati rumah tersebut selama kurang lebih 4 tahun hingga 1942. Di sana, Bung Karno sempat tinggal bersama istrinya kala itu, Inggit Garnasih serta anak angkatnya, Ratna Djuami dan Hanafi. Di Bengkulu ini pula Bung Karno mengenal sosok Fatmawati yang kemudian menjadi istrinya pada tahun 1943.
Selama diasingkan di Bengkulu, Bung Karno tetap menunjukkan kegigihannya dalam menyuarakan perjuangan demi kemerdekaan Indonesia.
Pewarta: Hendri Sukma Indrawan
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023