Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk tim nasional (Timnas) yang bertugas merumuskan pengembangkan bahan bakar nabati (bio fuel) mencakup kebijakan tentang lahan, infrastruktur, pabrikasi, pasar atau distribusi, serta pendanaan. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, usai rapat kabinet bersama Presiden Yudhoyono dengan agenda membahas pembentukan Timnas di Gedung Setneg, Jakarta, Senin, Kepala Negara dalam waktu dekat akan mengeluarkan Keppres tentang pembentukan tim tersebut. Dengan pengembangan itu, diharapkan Indonesia sudah dapat mengurangi penggunaan BBM sebesar 10 persen pada tahun 2010, yaitu penggunaan bahan bakar nabati untuk menggantikan premium, minyak tanah, solar, dan BBM dalam pembangkitan tenaga listrik. Jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk menghasilkan bahan bakar nabati terdiri dari kelapa sawit, jarak pagar, tebu dan singkong. Mantan menteri tenaga kerja, Al Hilal Hamdi, akan bertindak sebagai ketua tim nasional dan diberi tugas selain mengembangkan bahan bakar nabati, juga meningkatkan lapangan kerja dan ekonomi kerakyatan. "Itu karena pengembangan tersebut akan banyak menggunakan lahan rakyat, lahan yang tidak terpakai untuk penanam jarak, singkong dan tebu," kata Purnomo. Setelah Keppres dikeluarkan dalam satu atau dua hari ini, kata Purnomo, kelompok kerja Timnas akan bekerja selama satu hingga dua minggu untuk merumuskan kelima kebijakan nasional, yaitu soal lahan, infrastruktur, pabrikasi atau manufaktur, pasar atau distribusi, serta pendanaan. Sebelum menjadi cetak biru, kebijakan nasional pengembangan bahan bakar nabati itu akan dilengkapi dengan `peta jalan` serta program aksi, kata Purnomo. Sementara itu, Ketua Timnas Pengembangan Bahan Bakar Nabati, Al Hilal Hamdi mengatakan, pengembangan tersebut akan dibiayai oleh lembaga pembiayaan dari berbagai kalangan, seperti industri, BUMN dan lembaga keuangan. Mengacu kepada saran Program Aksi, Hilal mengatakan hingga tahun 2010 mendatang program pengembangan bahan bakar nabati diperkirakan akan membuka lapangan kerja bagi setidaknya tiga juta orang dengan pendapatan yang setara dengan UMR (ukuran minimum regional). Hingga 2010, katanya, juga diharapkan bahwa penggunaan BBM akan berkurang hingga 10 persen; devisa akan dapat dihemat sekitar 10 miliar dolar AS; ekspor bahan bakar nabati akan mencapai 10-12 juta kilo liter; lahan kering dapat dibudidayakan, serta desa mandiri dapat dikembangkan. Hilal mengatakan pengembangan bahan bakar nabati diperkirakan akan membutuhkan lahan setidaknya 6 juta hektar, terdiri dari 3 juta hektar lahan kelapa sawit; 1,5 juta hektar jarak pagar; 500.000 hektar tebu; dan 1,5 juta hektar singkong. Tentang investasi, menurutnya, untuk pengembangan kelapa sawit diperkirakan Rp30 juta/hektar, tebu Rp15 juta/hektar, jarak pagar Rp3 juta/ha, dan singkong Rp3,5 juta per hektar. "Total dana yang dibutuhkan untuk investasi budi daya kurang lebih 100 triliun Rupiah. Dari pihak perbankan yang sudah berkonsultasi, perbankan tidak hanya BUMN, mengancer-ancer untuk menyediakan sekitar 100 triliun Rupiah," kata Hilal. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006