Lanzhou (ANTARA) - Seorang peneliti pasca-doktoral asal China bernama Jing Xiaoping (33) telah membuat "laboratorium" miliknya di padang rumput yang luas di Provinsi Gansu, China.
Bersama dengan beberapa teman sekolahnya di Sekolah Tinggi Ekologi Universitas Lanzhou, Jing memberi pakan yak dengan pakan hijauan proporsional di padang rumput di wilayah Maqu.
Salah satu dari mereka dapat mengangkat bungkusan besar pakan hijauan, sementara yang lain dapat dengan mahir mengendarai sepeda listrik roda tiga.
Terletak di ujung timur laut Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, Maqu, yang berarti "Sungai Kuning" dalam bahasa Tibet, merupakan kawasan utama konservasi air di hulu Sungai Kuning. Lahan basah di Maqu mencakup area seluas lebih dari 373.000 hektare.
Tim Jing telah melakukan penelitian di Maqu sejak Juli tahun 2023. Para anggota tim tinggal di dekat rumah-rumah penggembala dan bekerja di kandang domba dan yak setempat.
Mereka menggunakan jerami, dedak gandum, dan bubur kacang guna mengoptimalkan teknik pemberian pakan serta pembiakan untuk berbagai mode pemeliharaan yang berbeda untuk menurunkan biaya dan menjaga kualitas daging.
"Domba dan yak merupakan sumber pendapatan utama bagi para penggembala lokal. Sejalan dengan perubahan metode pengembangbiakan, kebutuhan akan pakan pun semakin meningkat," ungkap Jing.
Selama bertahun-tahun, wilayah tersebut mengalami intensifikasi penggurunan dan degradasi padang rumput parah yang disebabkan oleh penggembalaan berlebihan.
Sementara itu, Tenzin Gurmey lahir di sebuah keluarga yang telah menggembala domba selama beberapa generasi.
"Hampir setiap rumah tangga di desa-desa terdekat memelihara yak dan domba di sini. Jumlah sapi dan domba yang melonjak dahulu sempat memengaruhi kualitas rumput dan mengurangi pendapatan," kenang Tenzin.
Sejak tahun 2011, pembatasan dan larangan penggembalaan telah diberlakukan di sekitar 853.000 hektare padang rumput. Para penggembala menerima kompensasi senilai lebih dari 450 juta yuan atau sekitar 63,4 juta dolar AS.
Jing dan anggota timnya juga bekerja di sebuah basis penangkaran yak berskala besar di dekat Sungai Kuning. Basis tersebut dilengkapi dengan gudang modern, pemandian air termostatik, dan ruang makan tambahan.
Basis penangkaran yang diinvestasikan oleh pemerintah setempat itu dapat menampung hampir 10.000 ekor yak.
Selama musim panas, yak digembalakan di padang rumput; sedangkan selama musim dingin, mereka dikembangbiakkan di dalam kandang.
Basis penangkaran tersebut membantu empat peternakan keluarga dan dua koperasi untuk terlibat dalam metode pembiakan dan penggembalaan semi-intensif.
Metode pembiakan yang diperbarui ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga kondusif untuk tingkat pembiakan.
Tenzin Gurmey, yang juga merupakan kepala basis penangkaran tersebut, menyatakan bahwa yak biasanya melahirkan setiap dua atau tiga tahun sekali, tetapi sekarang hanya sekali dalam setahun.
Selain itu, dia telah berencana untuk membeli sejumlah ekor yak lagi untuk dikembangbiakkan.
"Yak dapat dijual dengan harga yang lebih baik saat Festival Musim Semi mendatang," ujar Tenzin
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023