Melambat ekonomi China dinilai dapat berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada Selasa pagi kembali bergerak melemah ke posisi Rp10.010 per dolar AS seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi China.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp10.010 dibanding posisi sebelumnya di Rp9.990 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Selasa mengatakan nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp10.000 per dolar AS. Pelemahan mata uang juga terjadi di kawasan Asia karena efek perlambatan ekonomi China.

"Namun depresiasi rupiah yang sebesar dua persen jika dibanding posisi awal tahun ini termasuk terkecil di antara mata uang Asia lainnya setelah bath Thailand (1,8 persen) dan dolar Hong Kong (0,09 persen), hanya yuan China yang menguat (1,6 persen)," kata dia.

Ia memperkirakan nilai tukar domestik dapat dibawa kembali oleh Bank Indonesia (BI) ke kisaran antara Rp9.950--Rp.9.990 per dolar AS.

Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan beberapa sentimen belum mendukung rupiah untuk bergerak menguat, dari eksternal pergerakan mata uang Asia dipengaruhi oleh melambatnya ekonomi China.

"Melambat ekonomi China dinilai dapat berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia. Kondisi itu cukup logis bahwa secara nilai perdagangan, China merupakan mitra dagang terbesar untuk Indonesia," kata dia.

Dari dalam negeri, lanjut dia, adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) sebesar 50 basis poin menjadi 6,5 persen tidak serta merta mendorong nilai tukar rupiah kembali positif.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013