Jakarta (ANTARA) - Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus merekomendasikan pelaku pasar untuk bersikap wait and see terhadap emiten-emiten minyak setelah adanya diskusi OPEC+ terkait pemotongan supply minyak.

"Setelah diskusi OPEC+, ternyata emiten-emiten minyak tidak terdongkrak. Perekonomian ke depan terkait minyak juga nggak banyak demand. Permintaan minyak nggak setinggi beberapa waktu yang lalu. Jadi, untuk emiten minyak sebaiknya wait and see," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Angga menjelaskan harga minyak global turun lebih dari 2 persen pada perdagangan Kamis (30/11/2023) lalu, setelah produsen OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak secara sukarela untuk kuartal I 2024 yang jauh dari ekspektasi pasar.

Arab Saudi, Rusia, dan anggota OPEC+ lain yang memproduksi lebih dari 40 persen minyak dunia, menyetujui pengurangan produksi sukarela mendekati 2 juta barel per hari (bph) pada kuartal I-2024 mendatang.

"Setidaknya 1,3 juta barel per hari dari pemotongan tersebut merupakan perpanjangan dari pembatasan sukarela yang sudah dilakukan Arab Saudi dan Rusia," ujar Angga.

Sebelumnya, para delegasi mengatakan pengurangan tambahan baru yang sedang dibahas adalah sebesar 2 juta barel per hari.

Terkait sentimen pasar selama sepekan ini periode 4-8 Desember 2023, Angga menyebut pelaku pasar wajib memperhatikan, diantaranya sentimen cadangan devisa (cadev) Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), serta non-farm payroll.

"Cadangan devisa diprediksi meningkat, begitu juga dengan non-farm payroll yang berarti lapangan kerja tercipta lebih banyak dibandingkan bulan sebelumnya," ujar Angga.

Sementara itu, menurutnya, kinerja positif pasar pada pekan lalu tertopang tiga sentimen, di antaranya diskusi OPEC+ terkait pemotongan supply minyak, rebalancing Indeks MSCI, serta sentimen inflasi dan PMI Indonesia November 2023.

Inflasi Indonesia periode November 2023 tercatat 2,86 persen year on year (yoy) dan 0,38 persen month to month (mtm) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116.08 atau lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu.

Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar di November 2023 secara tahunan adalah makanan, minuman dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 1,75 persen.

Baca juga: Minyak turun di tengah ketidakpastian soal pengurangan pasokan OPEC+
Baca juga: Saham Eropa dibuka naik, penurunan produksi OPEC+ angkat emiten minyak
Baca juga: Analis: Efisiensi biaya PGAS dapat perkuat bisnis perseroan

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023