Dengan memainkan trio Luka Modric, Xabi Alonso dan Isco, maka Real tampil dengan paduan teknik yang jempolan dan kreativitas yang gemilang.
Madrid (ANTARA News) - Carlo Ancelotti digadang-gadang sebagai pelatih bertalenta ketika menjalankan roda organisasi taktik di berbagai  klub sepak bola.

Sebutan ini tidak berlebihan lantaran sosok yang digantikan di Real Madrid juga punya nama besar: Jose Mourinho.

Jelas, bahwa kubu Bernabeu bakal menjanjikan ledakan demi ledakan. Pelatih asal Italia itu dikenal sebagai sosok yang piawai meracik dan menjalankan taktik di lapangan.

Ancelotti begitu akrab dengan formasi 4-3-2-1 sesuai dengan disertasi kepelatihannya di akademi Coverciano, meski ia kerapkali mengubahnya sesuai dengan kebutuhan lapangan. Ini ia pelajari ketika belajar di Parma, tempat pertama ia menunaikan tugas sebagai pelatih.

Di bawah sinar cemerlang penampilan Zlatan Ibrahimovic, serta-merta Ancelotti menemukan gagasan untuk menempatkan pemain depan dengan menerapkan formasi 4-3-2-1, sebagaimana dikutip dari situs sportzwiki.

Itu ia terapkan manakala membesut Paris St-Germain (PSG), dengan mengistirahatkan Ezequiel Lavezzi, Jérémy Ménez, Nene dan Javier Pastore, meskipun ia siap mengubahnya menjadi  formasi 4-4-2 ketika memang ada tuntutan.

Rasanya sulit membayangkan bahwa Ancelotti dapat membawa perubahan di pekan-pekan pertama di Madrid, meskipun semuanya itu terpulang kepada apa yang ia terapkan.

Ada kemungkinan formasi yang ia berlakukan 4-3-2-1 dengan Karim Benzema menempati lini depan, sementara Cristiano Ronaldo dan Mesut Ozil memainkan peran lebih leluasa, bersama tiga serangkai, yakni Xabi Alonso, Sami Khedira dan Luka Modric.

Terbuka kemungkinan ia juga memainkan Angel di Maria lebih dalam dari biasanya -posisi yang kerapkali diperankan oleh Pastore ketika bermain di PSG - dikenal sebagai pemain yang punya kreativitas mumpuni.

Manakala Isco bergabung bersama dengan para pemain depan lainnya, maka formasinya menjadi 4-2-3-1. Pola ini memungkinkan penggunaan empat pemain kreatif, ditambah sekurang-kurangnya satu ful-bek yang siap berperan mendukung laju serangan.

Justru, para pemain dengan karakter menyerang relatif sesuai dengan keinginan presiden Real Madrid Florentino Perez. Tujuannya, menang dan menang.

Tampil bermain dengan pola 4-2-3-1 khas Mourinho ketika membesut Madrid, Isco berperan sebagai gelandang menyerang. Isco punya kemampuan positif dalam penguasaan bola dan trengginas melakukan rotasi. Pemain ini menjadi aset berharga bagi Madrid di kemudian hari.

Pilihannya antara Isco dan Oezil. Soalnya, pemain asal Jerman itu tidak senantiasa tampil memikat di sejumlah laga terakhir. Ancelotti punya alternatif pilihan, dengan memainkan formasi 4-2-2-2. Pola ini pernah diterapkannya di PSG, dengan menurunkan dua gelandang, Ozil dan Isco di lini kedua dan Ronaldo berada di depan.

Dengan memainkan trio Luka Modric, Xabi Alonso dan Isco, maka Real tampil dengan paduan teknik yang jempolan dan kreativitas yang gemilang.

Ancelotti menghadapi satu masalah, bila menerapkan formasi 4-2-3-1, yakni ia bakal terperangkap kepada dogma bagi seorang pelatih bahwa perlu dukungan pemain yang siap mental dan fisik memadai. 

Penerjemah: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013