Bandung (ANTARA) - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat terus memperluas peluang kerja sama dengan Deutsche Gesellscahft fűr Internationale Zusammenarbeit Gmbh (GIZ) Jerman terkait dengan pekerja migran.
Kepala Disnakertrans Jabar Teppy Wawan Dharmawan, mengatakan hal itu selepas pertemuan dengan GIZ yang merupakan badan usaha milik pemerintah Jerman untuk kerja sama internasional terkait pembangunan berkelanjutan, hari Senin ini, untuk monitoring dan evaluasi program kerja sama selama ini.
"Alhamdulillah kita bisa mulai kembali, melanjutkan kerjasama yang sebelumnya sudah dilakukan. Ini akan terus dikembangkan," kata Teppy di Disnakertrans Jabar, Bandung, Senin.
Selama ini, Teppy menjelaskan bahwa GIZ telah menjalin kerja sama dengan pihaknya lewat inisiasi program Jabar Migrant Service Center (JMSC), untuk meningkatkan kapasitas hingga perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Jabar.
Teppy menuturkan, dukungan GIZ sejatinya telah dilakukan sejak 2020 silam, sampai kini sudah terbentuk 14 Lembaga Terpadu Satu Atap (LTSA) yang kini jadi JMSC, untuk menyediakan layanan terintegrasi seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, informasi, hingga perlindungan hukum agar PMI dapat memperoleh hak mereka secara mudah.
Ke depan, kata Teppy, GIZ akan memfasilitasi tim dari Disnakertrans Jabar sekitar lima orang, untuk mendapatkan pelatihan guna menggenjot kapabilitas dalam pengelolaan sistem perlindungan dan pelayanan pekerja migran di Filipina yang menjadi salah satu yang terbaik di Asia Tenggara.
"Jadi ditingkatkan bagaimana kita memberikan perlindungan dan memfasilitasi pekerja migran," ujarnya.
Kemudian, Teppy mengatakan bahwa pihaknya dan GIZ juga bersepakat untuk meningkatkan JSMC yang akan diarahkan bukan hanya sebagai wadah perlindungan PMI, tapi juga membuka peluang bekerja di Jerman.
Karenanya, Teppy mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan lobby guna mendorong peluang agar PMI asal Jabar bisa bekerja di Jerman, sesuai standardisasi yang dibutuhkan, mengingat dalam pertemuan itu terungkap ada sejumlah lini yang tengah mereka butuhkan, salah satunya adalah perawat.
"Jerman sendiri ada dalam posisi membutuhkan tenaga kerja dan perencanaan. Jadi memang akan menuju ke arah mempersiapkan. Kita punya masalah dengan pengangguran. Saya langsung memposisikan, apa yang harus kami persiapkan. Rupanya memang mereka punya kebutuhan dan ada kualifikasi yang mereka harapkan. Sehingga mereka turun, melakukan serangkaian kerja sama agar mempersiapkannya," ucapnya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, Jerman memiliki kepercayaan yang cukup tinggi pada Indonesia dan Jawa Barat, terlebih dengan kiprah almarhum BJ Habibie yang lekat dengan PT Dirgantara Indonesia di Kota Bandung.
"Tadi diceritakan, Jerman punya riwayat baik. Disebut BJ Habibie, itu memberi kesan yang cukup mendalam pada WNI. Sekarang buat kita, untuk dorong apa yang kita harapkan dan siapa yang bisa ke sana," tuturnya.
Tim GIZ yang terdiri dari Tarek Bashour, Jessie Bohr dan Makhdonal Anwar, melakukan peninjauan untuk memberikan rekomendasi bagaimana caranya program dapat beroperasi di Indonesia, di antaranya terkait bagaimana pelayanan yang diberikan, serta bagaimana pelaksanaannya oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
Sebagai bagian dari kunjungan ini, tim GIZ juga meninjau kantor UPTD LTSA PMI di Kota Bandung secara langsung.
Baca juga: Jabar gandeng investor Jerman untuk lanjutkan pembangunan TPPAS Nambo
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023