Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Dr Rizka Andalucia mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk dapat mengembangkan obat bahan alam.
Data yang dihimpun Kemenkes melaporkan setidaknya Indonesia memiliki 28 ribu spesies tumbuhan dan merupakan rumah dari 80 persen tumbuhan obat dunia. Hasil Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja) mengatakan lebih dari 30 ribu ramuan tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.
"Keanekaragaman hayati tersebut menjadikan Indonesia memiliki potensi bahan alam yang luar biasa untuk dapat dikembangkan menjadi obat dengan bahan alam," katanya dalam acara Forum Hilirisasi Fitofarmaka yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
Rizka mengatakan dari sejumlah spesies tumbuhan tersebut, Indonesia telah berhasil melakukan penelitian pada sekitar 2.800 spesies obat untuk dapat dimanfaatkan, baik melalui penelitian dasar, maupun penelitian klinis.
Baca juga: Kemenkes dorong penggunaan fitofarmaka ditanggung BPJS Kesehatan
Baca juga: Kemenkes luncurkan Formularium Fitofarmaka
Saat ini dunia tengah menaruh perhatian besar pada penggunaan obat dengan bahan alam. Pada 2022, kata dia, 170 dari 194 negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan penggunaan penggunaan obat tradisional, yang terdiri atas obat herbal maupun pengobatan tradisional lainnya.
"WHO telah mencanangkan terkait pengobatan tradisional termasuk herbal medicine dan prakirakan 80 persen pendidik dunia menggunakan obat tradisional (dalam pendidikan) keterampilan obat herbal," ujarnya.
Rizka menilai obat bahan alam tradisional penting untuk dikembangkan, karena dapat menjaga kesehatan, serta meningkatkan ekonomi masyarakat. Beberapa contoh di antaranya yakni pada tanaman Echinacea dan temu lawak (Curcuma zanthorrhiza).
Sebagai salah satu upaya Pemerintah dalam mendorong penguatan obat bahan alam nasional, pada Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-59, Pemerintah telah menobatkan temu lawak sebagai tanaman obat unggulan Indonesia.
"Jadi, pada kesempatan ini kita juga meluncurkan temu lawak menjadi tanaman obat Indonesia yang akan kita promosikan," kata Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin dalam acara Pameran Inovasi dan Teknologi Kesehatan dalam rangka HKN ke-59 (9/11).
Menkes Budi mengatakan penobatan temu lawak sebagai tanaman obat unggulan Indonesia dilakukan guna meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap obat-obatan tradisional. Hal ini juga diperkuat dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu.
Dia mengungkapkan temu lawak dinobatkan sebagai tanaman obat unggulan Indonesia karena temu lawak memiliki antioksidan yang baik untuk menangani berbagai penyakit, khususnya yang berkaitan dengan penyakit hati.
Baca juga: Kemenkes targetkan 10 BBO bisa diproduksi di dalam negeri pada 2024
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023