"Latihan terus kami jalankan dan mulai awal tahun depan (2024) akan lebih intens untuk menyambut turnamen Nusantara Cup di Bali," kata koordinator komunitas Ultimate Jakarta Florence Armein ketika ditemui dalam sesi latihan di lapangan GOR Soemantri, Jakarta, Minggu.
Latihan diikuti pemain Ultimate laki-laki dan perempuan yang mengasah keterampilan mereka baik individu seperti teknik melempar dan menangkap piringan atau disk, maupun latihan bertanding, merancang strategi bermain dalam tim dan mencetak poin, serta membangun komunikasi yang kompak dalam permainan.
Florence mengatakan, komunitas Ultimate di Jakarta sudah memiliki sejumlah talenta pemain yang siap berkompetisi melalui klub Jakarta Skyline.
Tim tersebut berkompetisi dalam berbagai turnamen baik di tingkat nasional maupun internasional seperti Bali Nusantara Cup yang merupakan turnamen tahunan yang sudah berlangsung sejak tahun 2000. Juara bertahan turnamen tersebut adalah klub K yang berisi pemain campuran dari berbagai negara.
Baca juga: Olahraga "piring terbang" Ultimate fokus ekspansi untuk pengakuan KONI
Ia mengatakan, selain mengasah kemampuan para pemain lama, komunitas juga selalu membuka diri bagi siapa saja yang ingin berlatih atau bermain Ultimate. Pemain pemula dibimbing dari awal melalui mini klinik untuk mengajarkan terkait hal-hal dasar, peran mereka di tim, dan "basic drills"-nya.
Ultimate, permainan populer di Amerika Serikat yang dimulai dimainkan di Jakarta sejak 1996 itu menggabungkan sejumlah unsur permainan dari American football, sepak bola dan bola basket, namun mengganti si kulit bundar dengan piringan Frisbee.
Florence menjelaskan, ketika sesi latihan yang biasanya berlangsung dua jam diikuti diikuti banyak pemain maka tim dibagi dalam dua bagian, masing-masing yang sudah mahir dan pemula.
"Jadi sejam pertama latihan masing-masing tim lalu sejam kedua digabungkan sehingga yang expert bisa memandu yang pemula," katanya.
Flo mengatakan, aspek penting dalam permainan Ultimate adalah menyamakan pandangan bahwa semua adalah bagian dari komunitas agar bisa nyaman dalam bermain mengingat permainan tersebut berbeda dengan olahraga lainnya.
Florence menambahkan dirinya merasa senang karena semua pemain olahraga Ultimate di Jakarta merupakan warga lokal, berbeda dengan kondisi pada 2014 lalu yang lebih didominasi warga asing atau ekspatriat hingga 80 persen.
Anggota komunitas Ultimate didominasi dari kalangan pekerja, selain itu ada pula dari kalangan pelajar. Sebelum pandemi COVID-19, kata dia, pihaknya memiliki dua tim dari kalangan pelajar Garudas U-19 yang dikirim mengikuti kompetisi U-19 di Malaysia.
"Jadi kami masih terus bangun dan bangun lagi komunitasnya karena ini olahraga belum ada sistem liga yang pasti jadi kami ada siklus, ada saat banyak yang ikut bermain dan juga sepi karena liburan," katanya.
Pemain Ultimate lain yang sudah bermain sejak 1996 Joels juga mengaku senang karena olahraga Ultimate masih terus dijalankan meskipun perkembangannya di Tanah Air tidak secepat olahraga lain.
Ia mengatakan, komunitas Ultimate juga terus melakukan promosi dan terbuka menyambut siapa saja yang ikut bergabung atau bermain. "Pemain pemula yang ikut latihan kita terus kita bina hingga menjadi mahir dan siap dikirim untuk ikut dalam kompetisi," katanya.
Baca juga: PPTI tingkatkan partisipasi dalam kompetisi "piring terbang" pada 2024
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2023