Jakarta (ANTARA) - Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for Food and Nutrition (SEAMEO RECFON) menyebut guru memiliki peranan penting dalam penanggulangan stunting di Tanah Air.
“SEAMEO RECFON menginisiasi program Early Childhood Care and Nutrition (ECCNE) atau yang lebih dikenal dengan program 'Anakku Sehat dan Cerdas' yang bertujuan untuk memberikan model implementasi komponen esensial yang terintegrasi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, salah satunya adalah komponen pendidikan,” ujar Acting Director SEAMEO RECFON, Zainun Misbah, di Jakarta, Ahad.
Dia menambahkan kegiatan ECCNE menerjemahkan konsep PAUD Holistik Integratif (HI) yang mencakup pengembangan model PAUD HI untuk setting PAUD dan kondisi bencana, pelatihan Master of Trainer (MoT) bagi perangkat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan akademisi, pengembangan panduan gizi seimbang berbasis pangan lokal (PGS-PL), penelitian pengembangan model ECCNE untuk setting daycare, serta pembentukan kelompok kerja tingkat Indonesia dan Asia Tenggara.
Zainun memandang guru memiliki peran strategis sebagai perpanjangan tangan MoT ECCNE dalam mengimplementasikan program-programnya.
“Guru memiliki peran sebagai penggerak bagi dirinya, siswanya, dan keluarganya. Juga sebagai agen perubahan bagi masyarakat di sekitarnya,” jelas dia.
Zainun juga melihat program Merdeka Belajar memiliki relevansi yang signifikan dengan upaya pengentasan stunting di Indonesia.
Baca juga: Pemkab Karawang sosialisasikan gemar makan ikan cegah stunting
Baca juga: Gubernur Kalsel dan mahasiswa bersatu dalam program cegah stunting
“Dalam konteks pengentasan stunting, Merdeka Belajar juga memberikan fasilitas kepada guru melalui platform Merdeka Mengajar. Dengan adanya Merdeka Belajar, guru memiliki peluang yang sama untuk berinovasi, berkreasi, dan mendapatkan pelatihan, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada upaya pengentasan stunting melalui pendekatan yang lebih efektif dan holistik,” terang dia lagi.
Kepala Bidang PAUD Dinas Pendidikan Lombok Timur, Rasyid Ridho, yang juga merupakan Tim MoT program ECCNE menekankan pentingnya peran guru dalam mendukung upaya pengentasan stunting.
“Guru-guru mendiseminasikan pengetahuan, terutama dalam mengatasi kekurangan gizi pada anak. Mereka berkolaborasi dengan puskesmas, meningkatkan frekuensi pemberian makanan tambahan, dan bahkan mengajak anak-anak sarapan bersama di sekolah. Guru-guru ini juga berinisiatif untuk bekerja sama dengan pihak lain seperti tim penggerak PKK Kabupaten,” kata Ridho.
Sebelumnya, Lombok Timur telah berhasil dalam proses advokasi membangun kesadaran dan kerja sama dengan berbagai perangkat daerah, seperti Dinas Kesehatan dan puskesmas, Dinas Sosial, Dinas Pencatatan Sipil, serta PKK Kabupaten dan desa.
Selain program ECCNE, SEAMEO RECFON juga menggawangi studi Action Against Stunting Hub (AASH) Indonesia di Lombok Timur yang merupakan studi lintas disiplin.
Baca juga: BKKBN: Perguruan tinggi bisa jadi pusat inovasi entaskan stunting
Baca juga: Cianjur terbaik di Jabar dalam percepatan penurunan angka stunting
Ketua Tim Pendidikan dan Shared Values dalam studi AASH, Rita Anggorowati, menambahkan, studi AASH Indonesia menggunakan pendekatan Whole Child Approach, yang bertujuan untuk memastikan anak-anak diperlakukan secara holistik dan mendapatkan perhatian menyeluruh terhadap pertumbuhan, perkembangan, kesehatan, dan kesejahteraan anak.
Salah satu kontribusi tim pendidikan studi AASH Indonesia adalah menyiapkan sarana pembelajaran yang dapat membantu guru meningkatkan kualitas PAUD.
Rita menambahkan guru memiliki peran vital dalam memerangi stunting dan meningkatkan kualitas pendidikan. Guru juga diharapkan tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk kesadaran, perilaku, dan pola hidup sehat anak.
Pewarta: Indriani
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2023