Jakarta (ANTARA News) - Program revitalisasi stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) di wilayah Jakarta diperkirakan tidak dapat selesai sesuai terget pada akhir 2006, kata para pengelola SPBG. "Kami sebenarnya telah menerima mesin dan kompresor yang dioper dari Cirebon dan Surabaya, tapi belum terpasang. Kemungkinan revitalisasi ini akan selesai pada November 2007," kata pengelola SPBG di Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Yusuf Dahasan, Minggu. Dia mengatakan sebenarnya kapasitas SPBG Jalan Pemuda kurang memadai, apalagi kini tempat itu digunakan sebagai pengisian gas bus Transjakarta koridor dua rute Pulogadung-Harmoni. "SPBG ini masih desain lama sejak 1987 dan didesain untuk kendaraan kecil non-bus. Sesungguhnya tidak sesuai kalau untuk kendaraan ukuran bus besar," katanya. Namun, dia tak bisa menjawab mengapa program penambahan cakupan bagi revitalisasi SPBG belum terlaksana. "Karena ini kan program Pertamina," katanya. Demikian pula SPBG di Jl Warung Buncit, Jakarta Selatan, yang sudah dipersiapkan cukup lama juga belum beroperasi untuk pengisian bahan bakar gas (BBG). Namun, pengelola SPBG itu tidak bersedia memberikan komentar. Pertamina melakukan program revitalisasi itu untuk memenuhi kebutuhan konsumen BBG. Program tersebut diarahkan pada peningkatkan kemampuan storage (kapasitas timbun) dari 15.960 liter setara premium (LSP) menjadi 22.600 LSP. Selain itu, kapasitas kompresor SPBG-SPBG telah direncanakan ditingkatkan dari 11.280 meter kubik menjadi 15.780 meter kubik per jam. SBPG yang terdaftar dalam program itu adalah SPBG Jl Raya Bogor, Jl Pemuda, Jl Sumenep, Jl Warung Buncit, Jl Margonda Raya, Jl Raya Pasar Minggu dan Jl Raya Bekasi Pulo Gadung. Saat ini, hanya delapan unit SPBG yang masih berfungsi dari 14 SPBG yang ada di Jakarta. Padahal, pemerintah pusat tengah menggalakkan penggunaan gas untuk kendaraan bermotor setelah DKI Jakarta ditetapkan sebagai daerah percontohan (pilot project) penggunaan BBG di Indonesia. Sementara itu, sejumlah pengguna mobil pribadi berbahan bakar gas dan supir taksi BBG menuntut keseriusan Pemerintah jika ingin menggalakkan penggunaan gas untuk kendaraan di Jakarta. Arlis, sopir taksi dari Koperasi Taksi Indonesia (KTI) mengatakan kurangnya jumlah fasilitas SPBG sering membuat para supir taksi yang menggunakan BBG kesulitan untuk mengangkut penumpang. "Sering ada calon penumpang yang tidak bisa diangkut karena harus mencari jauh untuk mengisi gas di SPBG yang hanya ada di wilayah tertentu," katanya. Sementara itu Sudibyo, salah seorang pengguna bahan bakar gas mengimbau agar Pemerintah membenahi seluruh fasilitas SPBG yang ada di Jakarta, jika menghendaki masyarakat beralih menggunakan gas. (*)
Copyright © ANTARA 2006