Turbin itu akan segera mulai berfungsi sebagai model utama di ladang angin lepas pantai yang akan dioperasikan tahun depan di dekat Shantou, atau Swatow, sebuah kota pesisir di Provinsi Guangdong, China selatan.
Turbin angin tersebut merupakan produk terbaru dari Shanghai Electric Group, perancang sekaligus produsen generator turbin angin terkemuka.
Zou Jianglong, direktur kualitas di anak perusahaan Shanghai Electric di Guangdong, mengatakan bahwa perusahaan itu terus melakukan persiapan untuk memproduksi turbin angin berkapasitas 16 MW tahun depan.
Iterasi dan peningkatan produk merupakan hasil dari permintaan pasar yang dinamis dan inovasi perusahaan-perusahaan.
Menurut Wang Weiping, wakil direktur biro pembangunan dan reformasi Kota Shantou, kota tersebut memiliki sumber daya energi bayu yang melimpah, dengan tenaga bayu lepas pantai yang rata-rata mencapai 4.000 jam penggunaan tahunan dan kecepatan angin 9-10 meter per detik.
Ladang angin lepas pantai Nanao Lemen I, yang dioperasikan oleh Datang Shantou New Energy Co,. Ltd. dengan kapasitas 245 MW, telah menghasilkan lebih dari 1,4 miliar kilowatt-jam (kWh) energi bersih.
Pencapaian ini berarti pengurangan sekitar 917.000 ton emisi karbon dioksida jika dibandingkan dengan unit pembangkit listrik tenaga batu bara konvensional.
"Kami akan terus berfokus pada wilayah timur Guangdong dengan Shantou sebagai intinya, dan secara bertahap memperluas pengaruh kami ke seluruh negeri dan Asia Tenggara," ujar Lou Shujun, manajer umum Datang Shantou.
Ladang angin lepas pantai kedua di Shantou, yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi dan akan mulai beroperasi pada akhir 2023, siap untuk menyediakan kapasitas sekitar 600 MW, sebut Zhu Yabo, wakil direktur Huaneng Guangdong Shantou Offshore Wind Power Co,. Ltd., yang juga merupakan operator ladang angin yang baru saja dibangun.
Pasar yang berkembang pesat membutuhkan produk inovatif dengan efisiensi yang lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah. Hao Yu, manajer umum Goldwind Science & Technology Co,. Ltd. di Shantou, mengatakan bahwa perusahaannya dan lima perusahaan mitra telah mendirikan sebuah kawasan industri bersama, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi sekaligus meminimalkan penggunaan lahan.
Shantou telah menarik perhatian dunia yang berfokus pada industri tenaga bayu. Konferensi Inovasi Teknologi Tenaga Bayu Internasional Swatow (Swatow International Wind Power Technology Innovation Conference) dimulai di Shantou pada Kamis (30/11), mempertemukan para tamu dari Inggris, Norwegia, Belanda, Thailand, Filipina, dan negara-negara lain untuk menjajaki peluang di masa depan untuk kerja sama internasional di bidang tenaga bayu.
Zhou Guiyang, wakil ketua Asosiasi Exim Thailand-China, menekankan komitmen kuat Thailand terhadap transisi energi dan menyatakan ketertarikannya untuk berkolaborasi dengan Shantou di sektor tenaga bayu lepas pantai.
Seorang delegasi dari Shantou mengunjungi Thailand untuk melakukan diskusi eksplorasi tahun ini, dengan berfokus pada penguatan pertukaran teknologi, pengembangan proyek, pelatihan bakat, dan secara kolektif memajukan transisi energi, sebut Zhou.
"Saya di sini untuk mencari mitra kolaboratif," ungkap Zhou, seraya menambahkan bahwa dirinya menantikan kerja sama yang lebih dalam antara Thailand dan Shantou untuk merealisasikan implementasi lebih banyak proyek PLTB.
Lo Jing, wakil presiden Kamar Dagang Filipina Guangdong, menyoroti sumber daya maritim Filipina yang kaya dan kebutuhan akan tenaga bayu lepas pantai karena listrik yang semakin tidak memadai dan mahal.
"Saya sangat optimistis akan potensi kolaborasi dengan Shantou," ujar Luo, mengutip wawasan berharga yang diperoleh dari forum profesional tersebut, yang menampilkan diskusi para pakar tentang teknologi dan kemajuan spesifik di industri tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023