Kami bersyukur potensi gas di Indonesia masih sangat melimpah.

Jakarta (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada gelaran COP28 memaparkan cara industri hulu migas mengurangi emisi karbon.

Adapun, United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties ke-28 (COP28) digelar pada 30 November-12 Desember 2023, di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro saat talkshow di Paviliun Indonesia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan industri hulu migas di Indonesia telah menempatkan lingkungan berkelanjutan sebagai salah satu target dalam rencana dan strategi Indonesia Oil & Gas 4.0.

Menurutnya, apa yang dilakukan industri hulu migas telah sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan mewujudkan target net zero emission (NZE) di 2060.

Kegiatan dalam rangka mendukung low carbon iniciative, di antaranya melalui regulasi, manajemen energi, zero flaring, proyek carbon capture and storage (CCS) maupun carbon capture utilization and storage (CCUS), mengurangi emisi dalam setiap aktivitas hulu migas serta melakukan reforestrasi atau penghijauan kembali.

Hudi menyampaikan kebutuhan energi migas di Indonesia terus meningkat. Menurut dia, secara persentase kontribusinya menurun tetapi secara volume bertambah.

Ia mengatakan berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan minyak di 2050 akan meningkat 139 persen dan gas meningkat 298 persen.

"Artinya, eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru harus terus dilakukan karena selain kebutuhan yang meningkat, potensi migas di Indonesia masih menjanjikan. Dari 128 cekungan yang sudah berproduksi saat ini sebanyak 20 cekungan," ujar Hudi.

Pada era transisi energi, kata dia lagi, peranan gas akan sangat penting karena memiliki emisi karbon yang paling rendah dibandingkan energi fosil lainnya.

"Kami bersyukur potensi gas di Indonesia masih sangat melimpah. Baru-baru ini, Indonesia mencatatkan sebagai salah satu giant discovery terbesar nomor 3 dunia dengan penemuan cadangan gas yang besar di Blok North Ganal di Kalimantan Timur," katanya lagi.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia dan SKK Migas terus mendorong penggunaan gas untuk domestik. Saat ini, sekitar 70 persen produksi gas nasional dialokasikan untuk domestik.

Adapun, proyek-proyek raksasa yang menghasilkan gas, seperti Abadi Masela dan Tangguh Train 3 yang beberapa waktu lalu diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki alokasi terbesar untuk kebutuhan gas domestik.

Sedangkan terkait proyek CCS/CCUS, Indonesia telah bergerak maju untuk mengimplementasikannya. Hudi menginformasikan proyek besar seperti Abadi Masela juga akan mengimplementasikan CCS/CCUS.

Selanjutnya, proyek CCS Ubadari Papua mempunyai potensi kapasitas penyimpanan CO2 hingga 1,8 gigaton. Selain menghasilkan tambahan produksi gas, proyek itu akan menginjeksikan sekitar 30 juta ton CO2 sampai 2035 ke reservoir yang ada.

"Ini tentu bukti keseriusan pemerintah, SKK Migas, dan KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) dalam menerapkan teknologi CCS/CCUS untuk mengurangi emisi karbon dan menjaga lingkungan berkelanjutan," ujarnya.

Salah satu bentuk kolaborasi nyata antara SKK Migas dan KKKS juga dapat dilihat pada ajang COP28. Di Paviliun Indonesia, MedcoEnergi dengan dukungan SKK Migas melakukan kegiatan dalam rangka mendorong ekspose yang lebih luas di dunia internasional mengenai industri hulu migas yang telah melakukan dan akan terus meningkatkan kontribusinya dalam pengurangan emisi karbon.

"Apresiasi dan terima kasih kepada MedcoEnergi yang telah memberikan dukungan terbaik dalam ajang ini untuk menunjukkan wajah industri hulu migas nasional yang ramah lingkungan dan memiliki komitmen nyata dalam mengurangi emisi karbon," kata Hudi.
Baca juga: SKK Migas ungkap kendala "lifting" migas belum capai target
Baca juga: SKK Migas usul dua proyek migas jadi PSN

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023