Negara (ANTARA News) - Hujan lebat disertai angin kencang belakangan membuat puluhan hektare padi di Kabupaten Jembrana, Bali, roboh, sehingga harus dipanen meskipun belum waktunya.
"Seharusnya, padi ini baru dipanen sekitar dua minggu lagi. Tapi karena roboh dan terendam air, lebih baik segera dipanen daripada seluruhnya rusak," kata Ketut Bawa, salah seorang petani di Desa Penyaringan, Jumat.
Ia mengaku, dengan kondisi padi seperti itu, harga jual gabahnya juga jauh dibawah padi yang dipanen dalam waktu normal.
"Kalau kami tunggu sampai masa panen normalnya, padi-padi ini sudah rusak duluan. Daripada sama sekali tidak lalu, lebih baik segera dipanen meskipun hanya bisa balik modal saja," ujar Bawa.
Menurut Bawa, dengan kondisi seperti padinya, harga jual mengalami penurunan Rp50 ribu untuk tiap arenya.
"Kalau panennya normal, harga sekarang Rp300 ribu perare. Tapi karena padi saya seperti ini, saya terima saja harga Rp250 ribu tiap are," katanya.
Ia mengaku, terpaksa menjual padinya meski tidak sesuai harga pasaran karena belajar dari pengalaman masa panen sebelumnya.
Bawa mengungkapkan, saat itu tanaman padi miliknya seluas 1 hektare tidak lalu dijual, karena ia membiarkan padinya yang roboh tidak segera dipanen.
"Waktu itu saya menunggu hingga usia padi bisa dipanen secara normal. Tapi ternyata malah rusak karena terendam air," ujarnya.
Panen dini juga dilakukan Putu Suarsa, petani lainnya, yang mengatakan, pembeli sering memberikan harga seenaknya kepada petani yang padinya roboh.
"Kami hanya bisa menerima saja harga yang ia tawarkan. Daripada rugi total karena padi tidak terjual," katanya.
Pewarta: Gembong Ismadi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013