London (ANTARA) - Badan cuaca PBB pada Kamis menyatakan bahwa 2023 kemungkinan bakal menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah sehingga lembaga tersebut menekankan perlunya tindakan segera untuk mengatasi perubahan iklim.
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengeluarkan peringatan bahwa bencana banjir, kebakaran hutan, pencairan gletser, dan gelombang panas akan menjadi lebih umum dan intens di masa depan.
Menurut WMO, suhu rata-rata global pada 2023 telah meningkat sekitar 1,4 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri.
Suhu global saat ini hanya 0,1 derajat di bawah batas 1,5 derajat Celcius yang ditetapkan oleh Perjanjian Iklim Paris pada 2015.
Perjanjian Paris adalah perjanjian internasional yang ditandatangani oleh hampir 200 negara yang bertujuan mencegah supaya kenaikan suhu global tidak lebih dari 1,5 derajat Celcius pada akhir abad ini.
WMO menyebut tingkat karbon dioksida di atmosfer telah melonjak hingga 50 persen di atas level yang pernah tercatat pada era pra-industri.
Badan cuaca global itu memperingatkan bahwa suhu akan terus naik selama bertahun-tahun ke depan.
Peningkatan tingkat karbon dioksida di atmosfer yang mengkhawatirkan ini menunjukkan bahwa suhu akan terus meningkat dalam jangka waktu lama, bahkan jika langkah-langkah pengurangan emisi drastis diterapkan, katanya.
Badan tersebut juga menyoroti bahwa periode 2015 hingga 2023 merupakan periode paling hangat yang pernah tercatat.
Meskipun temuan tersebut mencakup data hingga Oktober, WMO menegaskan bahwa dua bulan terakhir tahun ini tidak mungkin cukup untuk mencegah tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah.
Baca juga: COP28 Dubai serukan percepatan respons iklim global
Baca juga: COP28 paparkan hasil evaluasi perjalanan Perjanjian Paris
Baca juga: Antartika butuh aksi global atasi kekacauan iklim, kata sekjen PBB
Sumber: Anadolu
Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023