Namun melalui sinergi berbagai pihak, Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi Aceh akan tetap tinggi di 2024, berada pada kisaran 4,28-4,78 persen
Banda Aceh (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Aceh pada 2024 antara 4,28-4,78 persen secara year-on-year (yoy), di tengah tantangan ketidakstabilan geopolitik global hinggan ancaman perubahan iklim.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh Prabu Dewanto, di Banda Aceh, Kamis, mengatakan memasuki 2024, tantangan dan potensi risiko seperti fragmentasi geopolitik terus berlanjut, ketidakpastian pasar keuangan, ancaman perubahan iklim dan berbagai tantangan lainnya masih berdampak pada perekonomian Aceh.
"Namun melalui sinergi berbagai pihak, Bank Indonesia optimistis pertumbuhan ekonomi Aceh akan tetap tinggi di 2024, berada pada kisaran 4,28-4,78 persen," kata Prabu.
Ia menjelaskan, pada triwulan III 2023, Aceh mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,76 persen (yoy). Angka tersebut sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,37 persen (yoy).
"Namun diperkirakan (ekonomi Aceh) terus tumbuh pada kisaran 4,03-4,53 persen pada 2023," ujarnya.
Menurut Prabu, untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi Aceh yang berkelanjutan, tentu perlu didorong secara bersama-sama melalui hilirisasi sektor pertanian, yang menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi daerah Tanah Rencong itu.
"Kemudian, peningkatan kualitas promosi dan atraksi pariwisata, mendorong investasi di sektor potensial, dan akselerasi pengembangan UMKM dan ekonomi syariah," ujarnya.
Menurut dia, Bank Indonesia bersama unsur terkait di level provinsi dan kabupaten/kota di provinsi paling barat Indonesia itu juga terus mendorong pengembangan sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Terutama yang terkait sektor pangan strategis, potensial ekspor, kelompok sub sistem dan pendukung pariwisata," ujarnya
Maka sebab itu, Bank Indonesia mengharapkan agar arah kebijakan pembangunan Aceh ke depan perlu difokuskan pada pengembangan hilirisasi, akselerasi digitalisasi daerah, pengembangan ekonomi syariah dan UMKM untuk inklusi ekonomi, serta akselerasi kinerja pariwisata sebagai sektor potensial Aceh.
"Aceh dari dulu sudah menjadi pintu gerbang ekonomi Indonesia, harusnya kita bisa berbangga diri dan bisa mewujudkan ekonomi Aceh lebih bagus lagi, dan bisa berkontribusi yang lebih banyak lagi untuk ekonomi nasional," ujarnya.
Baca juga: BI catat pembiayaan UMKM di Aceh capai Rp10,2 triliun per Agustus 2023
Baca juga: BI terus percepat sertifikasi halal produk UMKM di Aceh
Baca juga: BI sebut volume pengguna QRIS di Aceh capai 4,5 juta transaksi
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023