Kita juga ingin mengetahui dari para capres ini, mana yang paling paham dunia internasional dan mempunyai suatu strategi atau rencana memimpin Indonesia menghadapi lanskap dunia yang semakin ruwet dan bahkan berbahaya.

Jakarta (ANTARA) - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) menantang ketiga calon presiden Indonesia menyampaikan gagasan mereka tentang kebijakan luar negeri Indonesia pada Conference on Indonesian Foreign Policy (CIPF) yang akan diselenggarakan pada 2 Desember di Jakarta.

Dalam siaran peranya di Jakarta, Kamis, FPCI mengaku sudah mendapatkan konfirmasi bahwa capres Anies Baswedan dan capres Ganjar Pranowo bersedia menjawab tantangan itu. Kini penyelenggara sedang menjalin komunikasi dengan tim capres Prabowo Subianto.

Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal mengatakan CIFP 2023 ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena untuk pertama kalinya akan menjadi ruang temu antara calon presiden dan masyarakat untuk berdiskusi tentang kebijakan luar negeri Indonesia.

"Kita semua ingin mengetahui langkah konkret apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan dalam masyarakat seperti perubahan iklim, masalah ekonomi global, kesejahteraan, pembangunan perdamaian," kata Dino.

"Kita juga ingin mengetahui dari para capres ini, mana yang paling paham dunia internasional dan mempunyai suatu strategi atau rencana memimpin Indonesia menghadapi lanskap dunia yang semakin ruwet dan bahkan berbahaya. Kita juga ingin tahu mana capres yang bukan hanya nasionalis, tetapi juga internasionalis," sambung dia.

Baca juga: Prabowo angkat "Good Neighbor Policy" sebagai arah politik luar negeri

Selain menghadirkan para capres, CIFP 2023 juga akan menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang, antara lain aktris Christine Hakim, Menteri Luar Negeri 2009-2014 Marty Natalegawa, Menteri Perdagangan 2020-2022 Muhammad Lutfi, dan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya 2015-2016 Rizal Ramli.

CIPF adalah konferensi kebijakan luar negeri di Indonesia yang mempertemukan pemangku kebijakan, menteri, tokoh publik, diplomat, selebritas, jurnalis, pakar, mahasiswa, dan toko-tokoh terkemuka dari berbagai sektor.

Tema CIFP tahun ini adalah “From Non-Alignment to Creative Alignments” yang menekankan pentingnya merespons realitas baru di mana politik luar negeri bebas aktif Indonesia pada abad ke-21 perlu secara kreatif merintis, membangun dan memelihara berbagai non aliansi dengan negara-negara dari timur, barat, utara, dan selatan, baik untuk kepentingan nasional Indonesia, kawasan, maupun global, kata siaran pers tersebut.

CIPF 2023 juga akan menggelar sejumlah diskusi, antara lain "Kebijakan Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif pada Era Jokowi: Seberapa Bebas? Seberapa Aktif?", "Penanganan Konflik dalam Politik Luar Negeri Indonesia di Era Jokowi: Palestina-Israel, Myanmar, Ukraina, Afghanistan, dan Laut China Selatan".

Baca juga: Anies ingin kesadaran kolektif warga Indonesia sebagai warga dunia

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023