Di dalam wawancara eksklusif dengan Xinhua pada Rabu (10/7), Koordinator gerakan tersebut, Ahmed Yahya, mengatakan gagasan pembentukan gerakan itu muncul setelah presiden terguling Mohamed Moursi mengeluarkan pernyataan terakhir yang ditayangkan televisi.
Selama pidato tersebut, Moursi mengatakan ia menolak setiap kompromi dan mengulangi ia akan mengorbankan darah dan nyawanya sebagai "harga bagi keabsahan".
"Sikap ini membuat kelompok Ikhwanul Muslimin berada di ambang kehancuran, sehingga kami menolak ikut dalam demonstrasi dan aksi-duduk pro-Moursi," kata Yahya.
Pada Senin pagi (8/7), sebanyak 50 orang tewas dan ratusan orang lagi cedera dalam bentrokan mematikan antara pasukan keamanan dan pemrotes pro-Moursi di luar Rumah Garda Republik di Ibu Kota Mesir, Kairo, tempat Moursi diduga ditahan.
Tragedi itu terjadi dua hari setelah pembimbing umum kelompok tersebut Badie menyampaikan pidato berapi-api di hadapan massa yang marah di Bundaran Rabiah Al-Adawiyah di Kairo. Ia berikrar akan berkorban demi kembalinya Moursi dan mencela tindakan militer itu sebagai kudeta.
"Sikap ini membuat kelompok Ikhwanul Muslimin berada di ambang kehancuran, sehingga kami menolak ikut dalam demonstrasi dan aksi-duduk pro-Moursi," kata Yahya.
Pada Senin pagi (8/7), sebanyak 50 orang tewas dan ratusan orang lagi cedera dalam bentrokan mematikan antara pasukan keamanan dan pemrotes pro-Moursi di luar Rumah Garda Republik di Ibu Kota Mesir, Kairo, tempat Moursi diduga ditahan.
Tragedi itu terjadi dua hari setelah pembimbing umum kelompok tersebut Badie menyampaikan pidato berapi-api di hadapan massa yang marah di Bundaran Rabiah Al-Adawiyah di Kairo. Ia berikrar akan berkorban demi kembalinya Moursi dan mencela tindakan militer itu sebagai kudeta.
"Setelah peristiwa berdarah, kami memutuskan untuk secara resmi mendirikan gerakan kami. Kami menuntut pengunduran diri Badie atau pencabutan kepercayaan buat dia setelah pidatonya yang menghasut dan tak peduli dengan pemeliharaan darah orang Mesir," kata Yahya.
Ia menyatakan gerakan itu baru saja didirikan dua hari sebelumnya.
"Gerakan ini makin terkenal. Ada 500 anggota muda Ikhwanul Muslimin dan kami saling berkomunikasi," kata Yahya.
"Kebanyakan anggota muda Ikhwanul Muslimin menderita kondisi yang sama. Para pemimpin senior mendorong mereka ke arah protes dan bentrokan sementara mereka tampil di TV dan menduduki jabatan tinggi," tambah Yahya.
Lelaki tersebut mengatakan anggota gerakan itu "bukan pembangkang" dari kelompok Ikhwanul Muslimin.
Namun ia mengatakan jika Badie tidak mundur dan memberi kesempatan kepada kelompok pembaharuan, "kami akan mengumumkan pemisahan diri kami dari Ikhwanul Muslimin dan kami akan bertindak dengan cara kami sendiri sebagai mitra di negeri ini."
"Kami untuk sementara mencabut janji kami untuk memperlihatkan 'kepatuhan buta' kepada pemimpin kelompok dan kami menyerukan kepemimpin baru pembaharuan untuk mengurus kelompok itu dan menyelamatkannya dari kemerosotan popularitas," kata Yahya.
"Kami untuk sementara mencabut janji kami untuk memperlihatkan 'kepatuhan buta' kepada pemimpin kelompok dan kami menyerukan kepemimpin baru pembaharuan untuk mengurus kelompok itu dan menyelamatkannya dari kemerosotan popularitas," kata Yahya.
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013