Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menyebutkan bahwa mycoplasma, bakteri penyebab utama wabah pneumonia pada anak-anak di China, merupakan bakteri umum yang mengakibatkan infeksi pernafasan sebelum COVID-19.
Baca juga: Kemenkes minta semua jajaran kesehatan siaga dan waspada pneumonia
Ia menjelaskan, mycoplasma adalah penyebab umum influenza dan penyakit paru, dengan kejadian 8,6 persen, dan berdasarkan informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terjadi peningkatan kasus mycoplasma pneumonia sejak bulan Mei 2023 di China.
Baca juga: Menkes: Wabah pneumonia di China bukan virus baru seperti COVID
Imran menjelaskan, patogen ini memiliki periode inkubasi dan penyebaran yang cukup lama, sehingga bisa disebut sebagai pneumonia berjalan atau walking pneumonia.
Baca juga: China jamin aman didatangi meski kasus pneumonia tengah melonjak
Ia juga menjelaskan bahwa terjadi peningkatan kasus rawat jalan dan rawat inap pada anak di China yang disebabkan bakteri mycoplasma pneumoniae sejak Mei 2023, juga dari respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, dan influenza sejak Oktober 2023, dimana saat ini sudah terjadi penurunan.
Baca juga: Kemenkes tingkatkan kewaspadaan hadapi risiko wabah pneumonia
Meski bakteri mycoplasma belum terdeteksi di Indonesia, berdasarkan data Kemenkes, terjadi peningkatan tren pneumonia secara umum di beberapa wilayah provinsi setelah pandemi COVID-19.
Baca juga: Dokter: Semua orang miliki risiko terkena pneumonia dianjurkan vaksin
Berdasarkan data rutin yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2PM) Kemenkes, selama Januari hingga September 2023, secara nasional Jawa Tengah adalah provinsi yang paling tinggi mengalami kejadian infeksi saluran pernapasan (ISPA), baik di puskesmas maupun rumah sakit (lebih dari 2.5 juta kasus), kemudian disusul Jawa Barat (lebih dari 2 juta kasus), dan DKI Jakarta (lebih dari 1 juta kasus).
Baca juga: Rumah sakit anak Beijing dipadati pasien kasus pneumonia misterius
"Kemudian kalo kita liat insidennya, insiden ini per 100 ribu orang, yang paling tinggi insidennya adalah DKI Jakarta, baik ISPA maupun pneumonia, dan peningkatan ini terjadi saat polusi udara tinggi sekitar bulan September-Oktober," imbuh dia.
Baca juga: Pneumonia di awal biasanya hadir dengan gejala seperti demam
Baca juga: Pakar ingatkan polusi udara tingkatkan risiko radang paru
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023