Jakarta (ANTARA News) - Monas Fair 2013 tidak hanya dipenuhi 260 tenda berisi jajanan kuliner atau fashion.
Sekumpulan manusia berkostum ala pejuang berwarna-warni. Ada pejuang yang seluruh tubuhnya dicat emas, hijau, kuning, dan hitam.
Ada yang menyerupai Bung Tomo, ada pula yang mirip patung Tugu Tani. Selama beberapa detik mereka membatu seperti patung.
Terkadang mereka bergerak perlahan dengan kaku seperti robot. Tingkah polah ditambah penampilan mereka yang mencolok membuat para pengunjung mengantre demi berfoto bersama.
Tidak ada tarif yang dipatok, hanya saja setiap orang yang berfoto dipersilakan menyumbang seikhlasnya dengan menaruh sejumlah uang di ember yang tergeletak di depan para patung.
Selama 26 hari penyelenggaraan Monas Fair, sepuluh orang dari Komunitas Manusia Batu Indonesia turut meramaikan ajang yang menjadi alternatif warga Jakarta untuk ngabuburit.
Muhamad Shahdan (32) sudah dua bulan bergabung dengan komunitas tersebut.
Tidak hanya di Monas, para "manusia batu" itu pun hadir di Kota Tua. Shahdan yang wajahnya berlapis body painting hijau daun itu akan "mengamen" dari siang hingga Magrib tiba.
Bak seorang model, Shahdan dengan gesit bergaya dengan berbagai pose saat ada pengunjung yang ingin berfoto bersama.
Mulai dari pose gagah seperti prajurit tulen hingga menyerupai sampul Charlie's Angel, Shahdan memastikan para pengunjung yang berfoto dengannya merasa puas dengan hasilnya.
Apalagi, dia dan teman-temannya juga menyediakan pernak-pernik berupa senapan mainan serta helm atau topi tentara yang warnanya senada dengan kostum masing-masing.
Soal pendapatan, Shahdan tidak punya target. Hanya saja, dengan perkiraan jumlah pengunjung Monas yang akan membludak dengan adanya ajang Monas Fair, dia berharap dapat membawa pulang rezeki yang lebih banyak dari biasa.
"Kalau tampil hari Sabtu-Minggu, setidaknya dapat Rp100.000 sampai Rp300.000, lumayan untuk mencari nafkah demi anak dan istri," tutupnya.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013