Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf TNI AL Laksamana Slamet Soebijanto mengharapkan, dengan anggaran yang tersedia hingga tahun anggaran 2009, jajaran TNI AL bisa diperkuat armada empat kapal selam baru buatan Rusia pada 2008. "Kalau kita bisa dapat empat kapal selam dengan harga murah mengapa hal itu tidak kita tempuh, namun tentu saja kebijakan ini sudah bukan di tangan TNI AL lagi melainkan pemerintah melalui Departemen Pertahanan dan Mabes TNI. Lagi pula kita sudah familiar dengan sistem persenjataan buatan Rusia," katanya kepada pers di sela penandataganan kerja sama bidang teknologi pertahanan mitra laut dengan Univesitas Trisakti di Markas Besar TNI Cilangkap, Jumat. Terkait dengan kerumitan pengadaan sistem persenjataan yang parameternya adalah anggaran serta aspek di luar kemiliteran, dia menyatakan saat ini sebaiknya Indonesia tidak usah lagi melakukan transfer teknologi melainkan "reverse of technology" saja. "Banyak bangsa yang sudah melakukan `reverse engineering` seperti ini. Kita tiru saja, karena mengembangkan teknologi sendiri itu memerlukan waktu," katanya. Di lingkungan TNI AL dan kemaritiman, ujarnya, sebetulnya Indonesia sudah cukup mumpuni, terbukti dari kemampuan Indonesia mengadakan sendiri badan-badan kapal patroli yang ringan hingga sedang. Dia mencontohkan, TNI AL udah mampu megadakan sendiri belasan kapal angkatan laut berbodi fiberglas ukuran 36-45 meter, sementara mesin serta sarana pendukung lain sebagian masih diimpor. Pengadaan sistem kesenjataan di lingkungan TNI AL sejak akhir tahun lalu sudah diproses di departemen Pertahanan. "Kita tetap mengadakan kapal kelas korvet 135 dan salah satu alternatifnya adalah Russia dengan pertimbangan murah dan sudah akrabnya Indonesia dengan sistem persenjataan negara tersebut," katanya. Menyinggung soal kerja sama dengan Universitas Trisakti berjangka 20 tahun yang ditandatangani, Soebijanto mengatakan,sangat membantu operasionalisasi jajarannya. Contohnya, sudah dihasilkan riset penyakit tropis yang mungkin diderita pasukan di daerah penugasan, yaitu malaria. "Banyak anggota kita yang sebenarnya terkena malaria, namun tidak menunjukkan gejala terkena penyakit itu. Jangan sampai tahu-tahu meninggal seketika terkena malaria," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006