Tentu ada pembeda ya, kalau mereka (nasabah bank sampah) biasanya hanya pilah sampah menjadi rupiah, kalau binaan kita menganjurkan mereka untuk investasi emas agar mereka pun jadi agen perubahan lingkungan yang sekaligus mengubah mindset investasi e
Jakarta (ANTARA) - “Kebersihan lingkungan jadi kunci untuk kehidupan yang lebih nyaman,” kata Faisal Baso, salah satu warga Kelurahan Jongaya, Kota Makassar. Menurut dia, pengelolaan sampah menjadi salah satu aspek penting yang mampu mewujudkan itu.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia tercatat menghasilkan 35,83 juta ton timbunan sampah pada 2022. Dari total timbunan sampah nasional tersebut, sebanyak 22,44 juta ton atau 62,63 persen sudah dikelola, sedangkan sekitar 13,39 juta ton atau sekitar 37,37 persennya masih belum dikelola.
Agar jauh lebih efektif, Faisal menilai pengelolaan dapat dimulai secara mandiri di tingkat rumah tangga. Pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan memilah jenis sampah agar lebih mudah didaur ulang nantinya. Di beberapa kelurahan kota Makassar sendiri, pengelolaan sampah dilakukan seperti pada umumnya. Sampah dikumpulkan dalam satu wadah, tanpa dipilah. Kemudian diangkut oleh Armada Pemerintah Kota (Pemkot) menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kemudian berbekal idealisme, pengalaman dan kecintaannya pada lingkungan, Faisal bergotong royong bersama warga Kelurahan Jongaya membuat program Bank Sampah ASOKA V demi lingkungan yang lebih bersih sekaligus menciptakan ekonomi sirkular di masyarakat.
Memilah sampah, menabung emas
Bank Sampah ASOKA V dibentuk pada 2015 bersamaan dengan kegiatan Lomba Bersih Lorong yang diadakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar. Saat lomba waktu itu, salah satu indikator penilaiannya adalah pengelolaan bank sampah yang baik. Pada momen itulah Bank Sampah ASOKA V dibentuk dengan Faisal yang ditunjuk sebagai Direktur Pengelola.
Bank sampah yang terletak di Jl. Kumala 2 Selatan Lorong 2 B Nomor 15 A Kelurahan Jongaya, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar ini mempunyai mekanisme yang kurang lebih sama seperti bank sampah lainnya, yakni masyakarat memilah sampah dari rumah masing-masing untuk selanjutnya disetor ke Bank Sampah ASOKA V, dan ditimbang berdasarkan jenisnya.
Kemudian nasabah kembali ke rumah masing-masing dengan membawa buku tabungan sampahnya. Di tempat pengolahan, pengurus Bank Sampah ASOKA V melakukan pengepakan sampah yang diterima untuk selanjutnya dijual ke Bank Sampah Pusat Kota Makassar. Apabila sudah selesai, pengurus Bank Sampah ASOKA V melakukan pencairan dana hasil penjualan sampah untuk selanjutnya menginformasikan kepada seluruh nasabah bahwa dana tabungan sampahnya sudah bisa dicairkan sesuai tabungan masing-masing.
Dalam sebulan, Bank Sampak ASOKA V dapat mengumpulkan kurang lebih 800 kilogram (kg) sampah. Sebagai inovasi menuju ekonomi sirkular, Bank Sampah ASOKA V telah menciptakan lingkaran nilai yang menguntungkan bagi para warga yang menjadi nasabahnya. Namun ada satu keunikan dari Bank Sampah ASOKA V, yakni sampah yang dapat dikonversi menjadi tabungan emas. Di sinilah PT Pegadaian memainkan peran pentingnya sebagai pembina Bank Sampah ASOKA V.
Kerja sama antara Bank Sampah ASOKA V dan Pegadaian didasari oleh kesamaan visi yang tak terbatas pada kebersihan lingkungan semata, melainkan juga menciptakan dampak ekonomi sirkular dan meningkatkan inklusi keuangan di masyarakat. Oleh karena itu sejak bergabungnya Pegadaian sebagai partner sekaligus pembina, bank sampah menambahkan pilihan bagi para nasabah untuk menabung emas. Para nasabah dapat mulai berinvestasi di tabungan emas minimal nominal Rp10 ribu dari hasil penjualan sampah.
Untuk pencairannya, nasabah harus mempunyai saldo emas minimal sebesar 1 gram (gr) di Aplikasi Pegadaian Digital, sedangkan untuk mencetaknya sebagai emas fisik minimal tabungan emas harus sebesar 5 gr. Melalui tabungan emas, Faisal berharap dapat menarik lebih banyak warga untuk menjadi nasabah. Ini mencerminkan bank sampah sebagai inovasi menuju ekonomi sirkular mampu menciptakan lingkaran nilai yang menguntungkan bagi masyarakat.
Pegadaian mendorong inklusi keuangan
Dengan mengusung tema ‘Memilah Sampah, Menabung Emas’, Pegadaian mulai membina Bank Sampah ASOKA V pada tahun 2019. Executive Vice President Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Pegadaian Rully Yusuf bahwa pihaknya melakukan pendampingan dalam berbagai hal. Pertama, Pegadaian menyediakan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia (SDM) guna kebutuhan edukasi bank sampah.
Kedua, Pegadaian menjadi pihak yang membantu mediasi apabila terjadi permasalahan antara pengurus internal bank sampah. Ketiga, bantuan digitalisasi bank sampah dengan penguatan database. Rully memberikan contoh Aplikasi Pegadaian Peduli sebagai bentuk bank sampah digital untuk mempermudah pengurus bank sampah dalam hal perhitungan dan pengelolaan.
Serta yang keempat, Pegadaian memberikan bantuan pendanaan untuk melengkapi sarana dan prasarana bank sampah, mengingat Bank Sampah ASOKA V yang sejatinya merupakan lembaga swadaya.
Sebagai wujud kontribusi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), hingga saat ini Pegadaian mencatatkan telah membina 200 bank sampah di seluruh Indonesia. Ada penambahan 125 bank sampah baru jika dibandingkan pada tahun 2022 lalu yang hanya 75 bank sampah.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang layanan keuangan, Pegadaian dalam membina bank sampah tetap mengacu pada prinsip creative shared value. Prinsip tersebut memiliki arti bahwa dalam menjalankan kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan, sisi bisnis dari Pegadaian tetap bisa berjalan, dalam hal ini tabungan emas.
“Tentu ada pembeda ya, kalau mereka (nasabah bank sampah) biasanya hanya pilah sampah menjadi rupiah, kalau binaan kita menganjurkan mereka untuk investasi emas agar mereka pun jadi agen perubahan lingkungan yang sekaligus mengubah mindset investasi emas lebih baik,” ujar Rully.
Bank Sampah ASOKA V dinilai menjadi salah satu bank sampah binaan Pegadaian yang paling produktif. Saat ini, telah ada 10 orang pengurus Bank Sampah ASOKA V di Makassar dengan 95 nasabah.
Melalui partisipasi aktif dalam program bank sampah, masyarakat tak hanya menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi masalah sampah, tetapi juga merasakan manfaat langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyisihkan dan mengelola sampah mereka sendiri, mereka mengalami perubahan dalam gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
Ummi, salah satu warga Kelurahan Jongaya yang sudah menjadi nasabah Bank Sampah ASOKA V sejak 2015 mengatakan kehadiran bank sampah binaan Pegadaian telah mengubah lingkungan dan kondisi ekonomi masyarakat menjadi lebih baik.
Perubahan terhadap lingkungan sekitar dirasakan dengan tidak adanya sampah yang berserakan karena warga punya kesadaran sendiri untuk memilah sampah yang ternyata disadari mempunyai nilai jual. Uang hasil bank sampah tersebut menambah penghasilan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ummi menceritakan, uang hasil dari tabungannya di Bank Sampah ASOKA V bisa ia gunakan untuk menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang universitas. Ia mengaku tabungan bank sampah juga membantunya untuk bertahan sampai mencukupi kelengkapan sekolah daring anaknya pada masa pandemi COVID-19 lalu.
“Saya sendiri yang menyekolahkan anak saya dengan hasil dari bank sampah, utamanya saat COVID-19 dulu. Anak sekolah daring jadi harus pake HP, alhamdulillah anak saya beli HP dari uang sampah. Mau bayar uang kuliah juga pakai uang sampah,” terang Ummi.
Banyak dari masyarakat, khususnya nasabah bank sampah yang berhasil diedukasi untuk memilah sampahnya sendiri untuk kemudian dikonversikan menjadi uang, bahkan dapat menjadi tabungan emas sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Melalui langkah-langkah konret seperti pengelolaan sampah yang efisien, daur ulang kreatif, maka Bank Sampah ASOKA V dapat dikatakan telah menjadi katalisator perubahan untuk ekonomi yang berkelanjutan.
Seperti halnya visi awal Faisal dalam membentuk bank sampah, bahwa inisiatif seperti ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau lembaga keuangan semata, melainkan harus melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan ekonomi yang lebih berdaya.
Segudang kontribusi itulah yang mengantarkan Bank Sampah ASOKA V menjadi juara Bank Sampah Unit Terbaik 1 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, pada 13 Juni 2023 lalu. Ajang penghargaan ini diselenggarakan dalam rangka hari Lingkungan Hidup Sedunia (HLH). Karena prestasinya, Bank Sampah ASOKA V sampai saat ini tetap menjadi kebanggaan ‘Kota Anging Mammiri’ tersebut.
Bagaimanapun sebagai lembaga swadaya masyarakat, Bank Sampah ASOKA V tetap membutuhkan adanya dukungan dan kawalan pemerintah secara konsisten, khususnya Pemkot Makassar. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) juga perlu dilibatkan lagi untuk turut menjadi nasabah bank sampah di Makassar. Dengan semangat berkelanjutan yang semakin mengakar, peran Bank Sampah ASOKA V dalam mendorong ekonomi sirkular menjadi semakin penting.
Melalui inovasi dan kolaborasi, Bank Sampah ASOKA V tak hanya menjadi tempat pengelolaan sampah, tetapi juga pilar utama dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan. Dengan merangkul prinsip-prinsip ekonomi sirkular yang mana sampah dianggap sebagai sumber daya yang dapat didaur ulang, masyarakat semakin memahami bahwa keberlanjutan bukanlah pilihan melainkan sebuah keharusan.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023