Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah menyiapkan pasukan pemelihara perdamaian untuk Lebanon, sebanyak satu batalyon terdiri atas tiga kompi infanteri Kostrad dan satu kompi Marinir. "Apel kesiapan akan dilakukan pada pekan depan," kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Mohamad Sunarto Sjoekronoputro kepada ANTARA, News di Jakarta, Jumat malam. Ia mengemukakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah memerintahkan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto, untuk menyiapkan sejumlah pasukan pemelihara perdamaian ke Lebanon. Tentang kapan pasukan perdamaian itu akan dikirim, Sunarto mengatakan, hingga kini TNI masih menunggu perkembangan di Timur Tengah. "Pada intinya kita siap, namun kapan pasukan akan dikirim masing menunggu keputusan politik pemerintah RI dan resolusi Dewan Keamanan PBB," ujarnya. Sebelumnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendesak adanya gencatan senjata di Lebanon dan Gaza serta pembentukan pasukan pemeliharaan perdamaian yang disponsori PBB. Presiden Yudhoyono juga mengatakan, masyarakat Internasional harus mencari jalan keluar untuk mengatasi konflik senjata tersebut serta menyelamatkan jiwa orang-orang yang tidak berdosa. "Apabila gencatan senjata dapat diberlakukan, maka gencatan senjata itu harus diawasi," kata Yudhoyono sambil menyebutkan gencatan senjata yang diikuti pembentukan pasukan perdamaian itu disponsori oleh PBB. Menurut Presiden, bisa saja gencatan senjata dan pembentukan pasukan pemelihara perdamaian PBB itu tidak terbentuk. "Kalau hal tersebut tidak bisa diputuskan PBB maka Dewan Keamanan PBB memerlukan mekanisme lain yaitu menyelenggarakan sidang khusus Majelis Umum PBB," katanya. Sejauh ini, serangan Israel ke Lebanon selama tujuh hari telah menewaskan setidaknya 300 orang. Selain itu, sekitar 500.000 warga Lebanon kehilangan tempat tinggal. Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Kamis, mengatakan, situasi di Beirut serius. Ketua UNRWA Sven Berthelsen mengatakan, warga Beirut tidak lagi menikmati listrik dan mengalami kesulitan air serta kekurangan makanan. "Kami tahu ada pengungsi yang butuh makan, tetapi kami tidak dapat membantunya minggu ini." ujarnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006