New York (ANTARA) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) tetap terpecah mengenai apakah akan mengutuk peluncuran satelit mata-mata oleh Korea Utara pekan silam yang melanggar resolusi Dewan Keamanan.
Panel keamanan utama badan dunia itu gagal mengambil langkah nyata dalam menghasilkan resolusi atau pernyataan sanksi sejak Desember 2017 atas peluncuran proyektil berteknologi rudal balistik oleh Korea Utara.
"(Korea Utara) tanpa rasa segan berusaha meningkatkan sistem pengiriman senjata nuklirnya," kata Linda Thomas-Greenfield, duta besar Amerika Serikat untuk PBB, di hadapan sidang DK PBB pada Senin waktu setempat.
"Dan masih saja ada dua anggota tetap yang tidak mau mengutuk peluncuran berbahaya ini, eskalasi dan hal-hal serupa lainnya," sebut Greenfield, yang tampaknya merujuk Rusia dan China yang memiliki hak veto.
Dia juga mengatakan, "satelit mata-mata Korea Utara telah dipastikan berada di orbit."
Baca juga: Satelit mata-mata Korut berhasil abadikan Gedung Putih dan Pentagon
Duta Besar Korea Utara Kim Song membela peluncuran roket pengirim satelit mata-mata ke orbit pada 21 November itu, dengan menyatakan hal itu ditempuh "demi mendapatkan gambar yang jelas mengenai aksi militer mengerikan AS dan pengikut-pengikutnya."
“Ini adalah tindakan membela diri yang sah dan benar, yang sepenuhnya merupakan sah dalam hak kami membela diri," kata Kim.
Sementara itu para duta besar Rusia dan China menilai latihan militer AS, Korea Selatan dan Jepang dekat Semenanjung Korea telah meningkatkan ketegangan di wilayah itu.
Kimikiiro Ishikane, duta besar Jepang di PBB mengatakan "Kita tidak boleh tertipu oleh upaya apapun untuk membenarkan ambisi Korea Utara dalam memburu program yang melanggar hukum (senjata pemusnah massal) itu."
Baca juga: Korut klaim dapatkan gambar target utama dari satelit pengintai
Sumber: Kyodo
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023