Jakarta (ANTARA) - Direktur Tata Kelola Destinasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Indra Ni Tua menilai pemanfaatan kearifan lokal berperan penting dalam upaya mitigasi bencana yang berpotensi terjadi di objek wisata tertentu.
"Nilai-nilai kearifan lokal di Indonesia itu sudah luar biasa. Bagaimana penyebaran informasinya, bagaimana penanggulangan keadaan darurat dan preventif maupun kuratifnya, itu sudah ada kearifan lokalnya," kata Indra dalam seminar ilmiah cuaca dan iklim yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Indra mengingatkan Indonesia memang memiliki keunggulan destinasi alam dan budaya yang menjadi daya tarik utama di sektor pariwisata. Namun, lokasi destinasi tersebut kebanyakan berada di wilayah yang rawan bencana sehingga kondisi tersebut perlu diantisipasi dengan penerapan manajemen yang terpadu.
Selain memanfaatkan kearifan lokal atau pengetahuan masyarakat setempat, penggunaan teknologi yang mampu mendeteksi cuaca juga dibutuhkan sehingga dapat meningkatkan keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Baca juga: Banjir rob berpeluang melanda sejumlah daerah hingga awal Desember
Baca juga: Guru Besar UB usulkan Kurikulum Kebencanaan sebagai muatan lokal
Indra mencontohkan penggunaan teknologi sistem peringatan dini (early warning system) yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat atau komunitas setempat di beberapa wilayah di Indonesia. Teknologi tersebut diharapkan dapat diterapkan di lebih banyak lokasi destinasi.
"Itu sudah dilakukan dan memang bisa dilakukan oleh destinasi yang ada. Walaupun teknologinya kelihatan tinggi, tapi percayalah bahwa pengelola desa wisata dan destinasi wisata atau para pemuda dan masyarakat bisa mengembangkan sistem ini," ujar dia.
Indra menekankan pentingnya pemantauan potensi bencana di lokasi-lokasi wisata secara intensif. Oleh sebab itu, Kemenparekraf selama ini melakukan monitoring bencana alam di berbagai wilayah secara rutin melalui laporan harian crisis detection analysis (CDA).
"Itu (rekap data) menjadi penting karena kekhasan Indonesia secara alam dan budaya portofolio wisatanya luar biasa. Di sisi lain, Indonesia terletak di daerah bencana atau ring of fire sehingga kita perlu memantau secara intensif mengenai potensi bencana," kata dia.
Kemenparekraf juga telah bekerja sama dengan Disaster Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI) untuk melakukan identifikasi risiko CHSE (cleanliness, health, safety, and environment sustainability) dan kebencanaan di 58 desa wisata pada 2022.
Melalui kolaborasi dengan DRRC UI, kementerian itu menerbitkan 20 modul pelatihan "HSE dan Kebencanaan" yang dapat digunakan oleh pelaku wisata.*
Baca juga: PMI resmikan Pusat Mangrove Manggarai sebagai lokasi mitigasi hijau
Baca juga: Pemprov Banten gelar simulasi perkuat mitigasi bencana
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023