Kota Gaza (ANTARA News) - Kegiatan usaha tetap suram di toko milik Redda A'aydi di Kota Tua Jalur Gaza meski Bulan Suci Ramdhan --saat warga biasanya berbelanja banyak barang-- ditetapkan bermula pada Rabu (10/7).
Lemahnya perdagangan tidak hanya terjadi di pasar pusat Kota Gaza, tempat toko A`aydi berada, tapi juga di seluruh daerah kantung pantai Palestina, Jalur Gaza, serta Tepi Barat Sungai Jordan.
"Harga yang tinggi dan resesi ekonomi yang dialami rakyat Palestina, sebagian karena situasi politik yang tidak stabil dan keamanan di Mesir, ada di belakang melemahnya kegiatan komersial," kata A`aydi seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Ia selalu terlibat tawar-menawar dengan beberapa pembeli mengenai harga.
"Orang datang, menawar, tapi akhirnya pergi, sebab harga selalu lebih tinggi daripada perkiraan mereka. Mereka tak bisa membeli semua yang mereka perlukan selama Ramadhan tapi hanya barang yang paling murah,"
Para pedagang di Jalur Gaza, yang telah diperintah oleh Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) sejak Juni 2007, menyatakan resesi ekonomi di wilayah tersebut dan inflasi parah sudah merenggut daya beli warga sebelum Ramadhan.
Para pembeli di Jalur Gaza lebih memilih pergi ke pasar di daerah miskin, tempat mereka bisa memperoleh apa yang mereka inginkan dengan harga lebih rendah ketimbang di pasar biasa.
Salah satunya Mohamed Ramadan, yang menafkahi keluarga dengan tujuh anak di Kota Gaza.
"Harga bahan makanan pokok yang tinggi membuat kami berfikir puluhan kali sebelum membeli," kata Ramadan, pengemudi taksi dengan pendapatan 20 dolar AS per hari.
Situasi bertambah parah setelah Mesir menutup pos penyeberangan perbatasan Rafah dan menghancurkan puluhan terowongan penyelundupan di bawah perbatasan, yang digali sebagai cara menghindari blokade Israel terhadap daerah kantung tersebut.
Penutupan Rafah oleh Mesir dilakukan setelah jutaan orang Mesir yang bekerjasama dengan militer untuk menggulingkan Presiden Mohamed Moursi, dari kubu Islam, pada Rabu (3/7), cuma setahun setelah ia terpilih.
Maher At-Taba`a, pejabat di Kamar Dagang Jalur Gaza, mengatakan kepada Xinhua bahwa terowongan antara Jalur Gaza Selatan dan Mesir tersebut merupakan sumber sesungguhnya dari berbagai jenis barang.
"Kebanyakan barang ini digunakan selama Bulan Suci Ramadhan, seperti kudapan, kacang dan buah kering, yang harganya jadi mengerikan," katanya.
Penutupan terowongan tersebut mengakibatkan masalah ekonomi serius.
Saat Ramadhan tiba tahun ini, Israel melonggarkan blokade ketat yang diberlakukan atas Jalur Gaza pada Juni 2010 --ketika Hamas merebut kendali atas wilayah tersebut.
Mo'een Rajab, pensiunan profesor ekonomi dari Jalur Gaza, mengatakan bahwa penduduk Jalur Gaza sangat mengharapkan pencabutan total blokade itu.
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013