Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri memastikan bahwa pemerintah Indonesia tidak menutup Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beirut Lebanon menyusul serangan Israel ke negara itu belakangan ini.Juru Bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) Desra Percaya di Jakarta, Jumat, mengungkapkan bahwa memang untuk sementara Duta Besar RI untuk Lebanon, Abdullah Syarwani beserta stafnya mengusi ke Suriah karena alasan keamanan. "Instruksi Menlu beberapa hari lalu agar staf kedutaan dievakuasi, namun bukan berarti KBRI ditutup, tetap ada satu diplomat dan dua lokal staf yang tetap tinggal untuk memelihara keperluan WNI yang masih di sana selain juga menjaga aset," katanya. Desra menegaskan bahwa evakuasi Dubes beserta staf KBRI ke Suriah itu bukan lah penurunan kualitas hubungan Indonesia dengan Lebanon, tetapi semata karena pertimbangan keamanan. "Evakuasi duta besar tidak hanya dilakukan oleh Indonesia saja tetapi hampir mayoritas perwakilan asing," katanya. Sementara itu Menlu Hassan Wirajuda mengungkapkan, gempuran militer Israel ke Beirut yang telah menghancurkan berbagai fasilitas dan gedung-gedung di wilayah tersebut, juga berdampak terhadap bangunan kantor KBRI. "Kaca-kaca gedung perwakilan kita pecah," katanya, dan menambahkan bahwa pemboman-pemboman yang dilakukan Israel membuat situasi semakin mencekam. Sementara itu, mengenai masih adanya puluhan WNI di Lebanon yang belum mengungsi ke KBRI atau ke Suriah, Menlu mengakui adanya kesulitan untuk dapat mengumpulkan dan mengungsikan mereka semua. "Kalau yang terdaftar, berhubungan langsung dengan KBRI, kita tahu. Yang sukar mungkin kalau ada pekerja rumah tangga yang tinggal di rumah-rumah. Itu sukar dipastikan karena seringkali juga KBRI tidak punya data tentang mereka. Tapi sepengetahuan kita, di Lebanon tidak banyak," ujarnya. Di Beirut Menurut Desra, ada sekitar 75 WNI yang terdaftar di Lebanon dan mayoritas Tenaga Kerja Indonesia (TKI). "Sebagian sudah dievakuasi pada pekan lalu sekitar tujuh orang TKI dan staf KBRI beserta keluarganya, dengan total 41 orang," katanya. Sekarang, lanjut dia, akan ada evakuasi ke dua di mana ada sekitar 11 hingga 15 WNI yang berhasil menjangkau KBRI dan mendaftar. "Memang belum semua WNI dievakuasi karena sebagian besar TKI masih merasa aman tinggal di pengungsian dengan majikannya. Namun, KBRI terus memasang iklan di televisi lokal yang menyebutkan bahwa jika ada WNI yang ingin mengungsi harap segera menghubungi KBRI agar dibantu," katanya. Pada kesempatan itu Jubir juga menyebutkan sejumlah kendala yang mengakibatkan proses evakuasi tidak mudah. "Harga sewa bus ke Suriah yang semula hanya 500 dolar AS melonjak tajam hingga 7.000 dolar AS. Lalu rute Beirut ke Suriah yang biasanya bisa ditempuh dalam dua jam kini harus ditempuh dalam delapan jam," katanya. Demi alasan keamanan pula, lanjut Desra, rombongan pengungsi didampingi oleh Dubes agar mendapat pengawalan polisi setidaknya sampai kota Aleppo di Suriah. (*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006