Saat ini pipa saluran air yang sudah diperbaiki baru sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat."

Sleman (ANTARA News) - Pascaerupsi Gunung Merapi 2010 tradisi "padusan" (mandi) menjelang puasa di kawasan wisata alam Kaliurang, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman, sudah tidak ada lagi.

"Dulu sebelum erupsi Gunung Merapi, tradisi padusan di Kaliurang sangat ramai. Sejumlah lokasi baik di kolam renang Tlogo Putri, Tlogo Nirmolo maupun di Taman Rekreasi pasti dipadati ratusan pengunjung," kata Kepala Desa Hargobinangun Beja Wiryanto, Senin.

Menurut dia, saat ini tiga kolam renang yang biasa digunakan untuk tradisi "padusan" tersebut sudah kering karena pasokan air yang dihentikan.

"Pipa-pipa dari sumber air `umbul wadon` rusak diterjang banjir lahar dingin Sungai Kuning sehingga pasokan air ke kolam renang Kaliurang terhenti," katanya.

Ia mengatakan sampai saat ini pipa-pipa saluran air tersebut belum diperbaiki dengan sempurna sehingga kebutuhan air untuk kolam renang di Kaliurang dihentukan dulu.

"Saat ini pipa saluran air yang sudah diperbaiki baru sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat," katanya.

Menurut dia, tradisi "padusan" di Kaliurang ini sudah berlangsung bertahun-tahun dan baru sejak dua tahun lalu sampai sekarang tidak ada lagi," katanya.

Seorang petugas retribusi objek wisata Kaliurang, Ahmadi Kurniawan, mengatakan pengunjung atau wisatawan pada "padusan" kali ini memang menurun drastis.

"Penurunan bisa dikatakan lebih dari 50 persen dibanding waktu yang sama sebelum erupsi Merapi," katanya.

Ia mengatakan saat ini kolam renang di Kaliurang sudah tidak ada sehingga pengunjung yang datang memang hanya bertujuan untuk menikmati wisata saja.

"Kalau dulu kan selain berwisata mereka juga sekalian melakukan padusan, atau memang ada masyarakat yang sengaja ingin padusan di Kaliurang," katanya.

Ahmadi mengatakan, untuk hari Senin ini total retribusi masuk hanya sekitar Rp3 juta. "Sedangkan untuk akhir pekan retribusi masuk berkisar Rp8 juta hingga Rp10 juta," katanya. (V001/I007)

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013