... masyarakat harus bisa menerima jika ada yang berbeda, dan dapat saling menghormati... "
Padang (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, mengimbau masyarakat bijaksana dalam menyikapi awal Ramadhan 1434 Hijriah jika terjadi perbedaan dalam penetapanya.

Ketua MUI Kota Padang, Duski Samad, di Padang, Senin, mengatakan, perbedaan penetapan awal Ramadhan tersebut sebenarnya telah ada sejak lama, yang didasari perbedaan cara atau proses dalam penentuannya.

Muhammadiyah menggunakan metode hisab wujudul hilal untuk melihat wujud hilal atau anak bulan, sementara NU berpegang pada rukyat (mengintai secara langsung dan visual posisi anak bulan).

"Jika nanti terjadi perbedaan awal Ramadhan, sebab pemerintah melalui Kementerian Agama baru akan melakukan sidang isbath, masyarakat harus menyikapinya dengan baik, dan menjalankan ibadah tersebut sesuai keyakinan masing-masing," kata Samad.

Dia menambahkan, masyarakat harus bisa menerima jika ada yang berbeda, dan dapat saling menghormati.

Sehubungan dengan itu, MUI Padang juga mengimbau, sedapatnya masyarakat mengikuti keputusan pemerintah, sebab keputusan tersebut, berdasarkan sidang isbath diikuti pakar dan akademisi yang menguasai metode hisab dan rukyat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas Islam.

Sebab itu, masyarakat perlu untuk menunggu keputusan pemerintah dalam melaksanakan awal Ramadhan yang akan diumumkan Senin malam.

Sementara itu, Badan Hisab dan Rukyat (BHR) Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumatera Barat akan melakukan rukyatul hilal atau melihat bulan untuk menetapkan awal Ramadhan 1434 Hijriah di kawasan Bukit Lampu Padang.

(KR-AGP/N001)

Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013