... mendambakan Mesir sebagai negara demokrasi hakiki... "
Jakarta (ANTARA News) - Tembakan meletus di Bundaran Rabiah Adawiyah, Kairo, Mesir, Senin waktu setempat. Bundaran itu merupakan salah satu pusat pergolakan dan demonstrasi pendukung dan penentang penggulingan Presiden Mesir, Muhammad Mursi.


Sumber di Kairo, Senin, sebelumnya, menyatakan, kaum independen kini bergabung dengan Ikhwanul Muslimin menyuarakan pengembalian Mohammad Moursi sebagai presiden sah Mesir.


"Saya bukan (anggota) Ikhwanul Muslimin, saya ini profesional, mendambakan Mesir sebagai negara demokrasi hakiki," kata Dr Mohamed Al Farouk, kepada ANTARA, di kerumunan demo pendukung Moursi di depan kampus Cairo University, Giza, bagian barat Kairo, Jumat lalu.

Farouk, dosen di Cairo University, mengatakan penampilan Presiden Moursi dalam setahun pemerintahannya memang ada kelemahan manajemen tetapi itu bukan pembenaran untuk melengserkan dia secara paksa oleh tentara.

"Saya ini pengeritik Moursi agar ia memperbaiki manajemen pemerintahannya. Tapi saya juga maklumi, siapapun memimpin Mesir saat krisis multidimensi ini pasti mengalami hal serupa," ujarnya.

Aminah Wahab, seorang wanita yang tidak berjilbab, juga berpendapat serupa.


Secara terpisah, sebelumnya, 12 orang tewas dalam bentrokan di Alexandria, Mesir pada Jumat, kata Amr Nasr, kepala layanan darurat di kota itu.

Dia juga mengatakan kepada kantor berita Mesir, MENA, sekitar 200 orang terluka dalam bentrokan tersebut. Sebagian besar korban terluka tembak.

Sebelumnya diberitakan setidaknya lima orang tewas ketika lawan dan pendukung presiden Mesir yang digulingkan, Mohammad Moursi, bentrok setelah tentara mengumumkan penggulingannya pada Rabu, kata media pemerintah dan para pejabat.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013