Meskipun menyampaikan tawaran gencatan senjata, Ahmad Jarba --yang dipilih sebagai pemimpin SNC setelah pemungutan suara yang diselenggarakan di Istanbul, Turki, pada Sabtu-- juga menyatakan, menurut dugaan, "senjata canggih" akan segera diterima oleh kelompok oposisi bersenjata dari Arab Saudi.
Jarba, tokoh suku dari Provinsi Hasaka di Suriah Timur, dipandang memiliki hubungan erat dengan Arab Saudi. Ia mengalahkan calon kuat lain, pengusaha Mustafa Sabbagh --yang didukung oleh Qatar, seorang pendukung utama bagi perlawanan bersenjata di Suriah.
Namun, seruan gencatan senjata oposisi tersebut tampaknya sulit dilaksanakan karena banyak kelompok gerilyawan yang aktif di lapangan tak mengikuti rantai komando, demikian laporan Xinhua, Senin pagi. Kondisi itu terjadi akibat kurangnya kepemimpinan pusat oposisi, selain usul gencatan senjata tersebut diajukan saat Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad sedang membuat kemenangan besar di beberapa wilayah, terutama di Homs.
Konflik Suriah berkecamuk antara pasukan yang setia kepada Pemerintah Suriah dan mereka yang berusaha menggulingkannya. Konflik itu meletus pada 15 Maret 2011 dan telah menewaskan lebih dari 90.000 orang dan membuat ratusan orang lagi meninggalkan negeri mereka.
Pada Sabtu (6/7) Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) menyatakan jumlah pengungsi Suriah di Lebanon telah melebihi 587.000, setelah bertambah 19.000 orang dalam satu pekan terakhir saja.
UNHCR menyatakan di dalam satu laporan bahwa ada 503.000 pengungsi yang terdaftar sementara lebih dari 84.000 orang lagi masih menunggu penyelesaian proses pendaftaran.
Sebanyak 178.000 pengungsi Suriah terdaftar di Lebanon Utara, 170.000 di Wilayah Lembah Bekaa di Lebanon Timur, 92.000 di Beirut dan Gunung Lebanon, dan 62.000 pengungsi di Lebanon Selatan, kata UNHCR.
Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013