Paris (ANTARA News) - Putera Mahkota dan Menteri Pertahanan Arab saudi Sultan Abdul Aziz hari Kamis mengecam serangan bom Israel atas Libanon, dengan mengatakan kepada wartawan di Paris bahwa Israel tidak boleh dibiarkan meneruskan tipudayanya.
"Kami tidak dapat membiarkan Israel melancarkan tipudayanya, kami tidak dapat menenggang bila Israel mempermainkan nyawa warga, penduduk, perempuan, orang tua dan anak-anak," kata Aziz seusai pertemuan dan jamuan siang dengan Presiden Prancis Jacques Chirac.
Menteri Saudi itu juga menyatakan mendukung penempatan pasukan penjaga perdamaian antarbangsa di perbatasan antara Israel dengan Libanon. "Kami pikir itu akan menjadi penyelesai terbaik," kata Aziz seperti dikutip media transnasional.
Ia menyatakan Israel tidak boleh dibiarkan terus membomi Libanon.
Pemboman Israel, yang sudah berlangsung sembilan hari, atas tetangga utaranya itu telah menewaskan lebih dari 300 orang, tapi gagal menghentikan serangan roket Hizbullah terhadap wilayahnya.
Tentara darat Israel terlibat pertempuran sengit dengan pejuang Hizbullah hari Kamis setelah melancarkan penyerbuan ke dalam wilayah Libanon.
Stasiun televisi swasta Israel Channel Ten melaporkan dua prajurit Israel cedera dalam baku-tembak di daerah perbatasan, tempat dua serdadu lain tewas dalam pertempuran hari Rabu.
"Terjadi pertempuan sengit di sepanjang perbatasan di dalam wilayah Libanon di daerah Aita Shaab," kata Milos Strugar, jurubicara Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon.
Angkatan Darat Israel, yang melancarkan serangan darat, laut dan udara terhadap Libanon sejak 12 Juli, menyatakan prajuritnya secara berkala menyeberangi perbatasan guna melancarkan serangan "jepitan" terhadap kubu Hizbullah.
Dalam pernyataannya, Hizbullah mengatakan mujahidinnya, atau pejuang suci, menghancurkan dua tank dalam pertempuran.
"Dengan sia-sia, prajurit musuh Zionis berusaha bergerak maju ke arah wilayah Libanon guna mencapai kemenangan dan sekali lagi, Hizbullah menghadapi mereka dan membuktikan kepada mereka bahwa mereka adalah tentara tanpa serdadu."
Israel mengerahkan balatentaranya ke dalam wilayah Lebanon sejak melancarkan serangan dalam upaya menghancurkan pejuang Syiah Libanon, Hizbullah, menyusul penangkapan dua serdadunya pada Rabu pekan lalu.
Duapuluh sembilan orang Israel, termasuk 14 serdadu, tewas sejak serangan pertama Hizbullah.
Sementara itu, Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa urusan Hak Asasi Manusia Louise Arbour di Jenewa menyampaikan "keprihatinan besar" sehubungan dengan pembunuhan dan menjadi-cacatnya warga di wilayah Libanon, Israel serta Palestina, tempat korban jiwa di pihak warga meningkat menjadi ratusan orang.
Di Libanon, 72 orang tewas dalam serangan udara Israel, sehingga jumlah korban jiwa di negeri itu naik jadi lebih dari 300 dan lebih dari 1.000 orang cedera, kata Perdana Menteri Libanon Fouad Seniora.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006