Meulaboh (ANTARA) - Yayasan Apel Green Aceh menyebutkan bencana alam berupa musibah banjir besar yang terjadi dalam bulan November 2023, diduga kuat akibat aktivitas perambahan hutan dan aktivitas penambangan emas secara ilegal.
“Dugaan kami, ya, itu, tambang emas ilegal dan perusakan hutan,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Apel Green Aceh, Rahmat Syukur kepada ANTARA di Meulaboh, Jumat.
Menurutnya, berdasarkan data yang mereka miliki, luas kerusakan hutan di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2022 lalu tercatat mencapai 642 Ha.
Pada tahun 2021, kata dia, luas hutan yang rusak tercatat seluas 573 Ha atau meningkat sekitar 62 Ha dalam kurun waktu satu tahun.
Baca juga: TNI-Polri di Aceh Barat bantu evakuasi korban banjir
Baca juga: 36 sekolah di Aceh Barat lumpuh akibat terendam banjir
Kondisi tersebut, kata Rahmat Syukur, dikhawatirkan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bencana alam banjir seperti yang selama ini terjadi.
Guna mencegah terjadinya bencana alam berkepanjangan di Kabupaten Aceh Barat, pihaknya meminta kepada aparat penegak hukum agar dapat menindak setiap aktivitas perambahan hutan dan aktivitas penambangan emas secara ilegal.
Selain dapat menyebabkan kerusakan hutan yang semakin luas, pihaknya khawatir aktivitas ilegal tersebut dapat menyebabkan terjadinya bencana alam lainnya seperti tanah longsor, banjir bandang serta musibah banjir saat terjadinya hujan lebat.
“Kami berharap peran aktif dari pemerintah daerah, agar dapat mencegah terjadinya kerusakan hutan yang semakin meluas akibat aktivitas secara ilegal ini,” demikian Rahmat Syukur.*
Baca juga: BPBD: 40 desa di Kabupaten Aceh Barat terendam banjir
Baca juga: Jembatan gantung di Aceh Barat rusak diterjang banjir
Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023