Estimasi hitung-hitungan kami berdasarkan parameter yang ada."

Gowa (ANTARA News) - Komunitas An-Nadzir yang hanya bermukim di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, menetapkan awal puasa atau satu Ramadhan pada Selasa (9/7), kata Pimpinan Jamaah An-Nadzir, Lukman.

"Kami menetapkan awal puasa ini berdasarkan tanda-tanda alam sebagaimana yang telah dilakukan para pendahulu di zaman nabi," ujarnya di Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu.

Pemerintah baru akan menentukan awal puasa dalam sidang isbat yang direncanakan pada Senin (8/7).

Komunitas An-Nadzir, yang identik dengan seragam atau jubah hitam dan tersebar di Kelurahan Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, menentukan awal puasa menggunakan tanda-tanda alam, seperti air pasang dan metode rukyat.

Lukman mengatakan, penentuan awal puasa berdasarkan perputaran bulan dalam kalender Islam, yakni Sya`ban yang berakhir pada Senin (8/7) sekitar pukul 14.00 Wita.

"Estimasi hitung-hitungan kami berdasarkan parameter yang ada. Insya Allah akan terjadi pergantian bulan pada hari Senin. Kira-kira pada pukul 14.00 Wita akan masuk pada garis astronomi, yang ditandai dengan pasang surut air laut," kata tokoh pengikut laskar Jundullah itu.

Pergeseran akhir Sya`ban ke awal Ramadhan, ungkapnya, ditandai dengan puncak pasang air laut pada pukul 14.00 Wita, di pantai Kalongkong, desa Bontosunggu, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar.

Sama halnya dengan ormas Islam lainnya, jemaah An-Nadzir juga memiliki metode dasar penetapan awal puasa dengan menggabungkan metode penghitungan bulan atau rukyat dan dengan cara melihat hilal atau penampakan bulan.

Lukman menuturkan, cara mereka melihat telah sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Mereka sudah mengintai wujud bulan dari bulan-bulan sebelumnya.

Jemaah An-Nadzir di Sulsel sendiri didirikan oleh KH Syamsuri Majid pada 1998.

Awalnya bernama Majelis Jundullah, karena identik dengan Laskar Jundullah nama kelompok ini pun berubah menjadi An-Nadzir.

Kelompok itu membentuk perkampungan sendiri dan hidup dengan menanam padi di sekitar pemukiman, yang berupa rumah pondok dari bambu. (*)

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013