Beijing (ANTARA) - Jurnal Remote Sensing of Environment edisi terbaru mempublikasikan hasil penelitian sekelompok ilmuwan China tentang peta data kandungan karbon organik tanah (soil organic carbon/SOC) untuk kawasan tanah hitam global dan menyoroti kuantifikasi agroekosistem serta ketahanan pangan global. .

Penelitian itu menunjukkan bahwa siklus karbon dipengaruhi oleh tanah pertanian. Pemetaan kandungan SOC secara akurat dapat membantu memperjelas kapasitas penyerapan karbon, mengukur agroekosistem, dan berkontribusi bagi ketahanan pangan global. Namun, masih sulit untuk mendapatkan kumpulan data kandungan SOC yang dapat diandalkan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Remote Sensing of Environment tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Institut Geografi dan Agroekologi Timur Laut (Northeast Institute of Geography and Agroecology) yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).

Menurut jurnal itu, para ilmuwan mengumpulkan lebih dari 191.000 scene citra penginderaan jarak jauh dan data model elevasi, serta menggunakan model jaringan neural konvolusional pembelajaran meta guna menghasilkan peta data beresolusi tinggi untuk kawasan tanah hitam global.

Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa kandungan SOC di kawasan-kawasan tanah hitam global menunjukkan tren penurunan, yang dapat dibagi menjadi fase penurunan signifikan dari 1984 hingga 2000 dan fase penurunan moderat dari 2001 hingga 2021.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa empat kawasan tanah hitam utama di dunia memiliki tingkat penurunan SOC yang berbeda-beda. Tingkat penurunan SOC di Dataran Rusia-Ukraina serta Dataran Pampas di Amerika Selatan lebih tinggi dibandingkan di China timur laut dan Lembah Sungai Mississippi di Amerika Utara.

Studi tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini dapat memberikan referensi bagi observasi jangka panjang properti tanah dan tanaman dengan resolusi menengah dan tinggi di seluruh dunia.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023