Kami siap menjadi tuan rumah segala event olahraga,"Moskow (ANTARA News) - Rusia akan menempatkan 37.000 polisi di kota wilayah selatan Sochi tahun depan untuk mengamankan Olimpiade Musim Dingin 2014, kata Menteri Dalam Negeri Vladimir Kolokoltsev, Jumat.
"Akan ada sekitar 37.000 orang di kementerian kami yang akan menjaga ketertiban dan keamanan para tamu dan peserta Olimpiade," kata Kolokoltsev dalam wawancara dengan saluran televisi Rossiya-24.
Kementerian Dalam Negeri Rusia membawahi kepolisian, pasukan kementerian dan satuan-satuan paramiliter yang digunakan untuk mengamankan pawai massal dan fasilitas strategis.
Ia mengatakan, sistem keamanan yang berlapis-lapis itu sesuai dengan ketentuan Komite Olimpiade Internasional.
"Kami siap menjadi tuan rumah segala event olahraga," kata menteri itu.
Wawancara Kolokoltsev itu disiarkan setelah pemimpin militan Doku Umarov menyeru para pejuang garis keras agar menyerang Olimpiade Sochi dan mengacaukannya.
Sejumlah ahli mengatakan, lokasi pesta olah-raga internasional itu berdekatan dengan wilayah bergolak Kaukasus Utara dan wilayah sempalan Georgia, Abkhazia, yang berarti pengamanan tempat-tempat pertandingan akan sulit.
Dalam sebuah rekaman video yang disiarkan Rabu, Umarov mengatakan, "Kita sebagai mujahidin tidak boleh membiarkan (Olimpiade) ini berlangsung, dengan cara apa pun."
Umarov, yang dianggap sebagai musuh nomer satu Moskow, bertanggung jawab atas serangan-serangan mematikan seperti pemboman metro Moskow 2010 yang menewaskan lebih dari 40 orang.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus Utara, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo di Moskow pada Januari 2011.
Serangan itu membuat Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.
Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus.
Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang Rusia di kawasan Kaukasus Utara -- mulai dari Laut Hitam hingga Laut Kaspia -- melakukan pelangaran HAM dengan dalih menumpas militansi muslim.
(M014)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013