Jokowi sedang menggali kuburnya sendiri apabila dia benar-benar maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2014
Jakarta (ANTARA News) - Pakar Komunikasi Politik Prof. DR. Tjipta Lesmana mengatakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sedang menuju "killing field" (ladang pembantaian) apabila dia maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Umum 2014.
"Jokowi sedang menggali kuburnya sendiri apabila dia benar-benar maju sebagai calon presiden pada Pemilu 2014. Dia masih memiliki kewajiban sebagai Kepala Daerah DKI Jakarta," kata Tjipta saat berbicara di depan hadirin peluncuran kajian "Anatomi Kepresidenan RI I-VII" di Perpustakaan Umum Daerah DKI Jakarta, Jakarta, Jumat.
Dia mengaku sempat menyarankan Jokowi agar tidak maju sebagai capres mengingat Pemilu 2014 bukanlah momentum yang tepat baginya meski sejumlah lembaga survei pemilu mengunggulkan nama mantan Walikota Surakarta tersebut.
Tjipta mengatakan Jokowi harus berpikir masak-masak antara memanfaatkan tingginya tingkat elektabilitasnya dengan kerugian apabila dia meninggalkan posisi kepala daerah beralih bersaing menjadi RI-1.
"Apabila dia maju nyapres dan menang maka segala proyek dan program pembangunan yang telah diprakarsai Jokowi terhadap Jakarta bakal tersendat-sendat. Perlu diingat dia baru saja memulai tugasnya sebagai gubernur. Dia masih memiliki sisa waktu yang panjang hingga masa jabatannya berakhir," kata dia.
Belum lagi, tambahnya, masih ada Megawati, seseorang di tubuh PDI Perjuangan yang tidak seharusnya dia langkahi begitu saja untuk nyapres.
Jokowi resmi dilantik menjadi Gubernur Jakarta periode 2012-2017 menggantikan Fauzi Bowo setelah dia memenangi bursa persaingan kepala daerah pada akhir tahun lalu.
Namun, Tjipta tidak memungkiri apabila Jokowi memiliki potensi besar untuk menang pada Pilpres 2014 apabila dia memutuskan untuk meletakkan jabatan sebagai gubernur.
"Sayangnya semua tidak akan mudah bagi dia (Jokowi) apabila dia memutuskan meletakkan jabatannya," kata Tjipta yang berpendapat, penerus Jokowi belum tentu melanjutkan tugasnya dengan baik.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013