Setelah penggulingan Moursi dari kekuasaan kemarin oleh Angkatan Bersenjata Mesir dan pembubaran konstitusi, keadaan di Mesir mencapai tahap sangat peka dan mengkhawatirkan,"Ankara (ANTARA News) - Turki mengikuti dengan sangat prihatin perkembangan terbaru di Mesir setelah penggulingan Presiden Mohammad Moursi pada Rabu, kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan pada Kamis.
"Setelah penggulingan Moursi dari kekuasaan kemarin oleh Angkatan Bersenjata Mesir dan pembubaran konstitusi, keadaan di Mesir mencapai tahap sangat peka dan mengkhawatirkan," kata pernyataan itu.
Moursi digulingkan oleh militer pada Rabu malam setelah gagal menanggapi jutaan pengunjuk rasa, yang menuntut penggantiannya dan pemilihan presiden dini.
"Seperti yang dinyatakan sebelumnya, kami percaya ini sangat penting bahwa krisis di Mesir saat ini harus diatasi melalui konsensus sosial yang ingin dicapai melalui pendekatan dan dialog, yang mencakup dan mempertimbangkan keprihatinan serta pandangan semua segmen masyarakat," kata Kementerian Luar Negeri Turki yang mengharapkan semua pihak menghormati secara luas mempertimbangkan posisi Moursi, dalam periode baru di Mesir.
"Kami menyerukan semua pihak untuk bertindak dengan akal sehat dan menahan diri demi proses demokratisasi ... untuk menghormati aturan hukum dan untuk membangun kembali tatanan demokrasi dengan menggelar pemilu yang bebas dan adil sesegera mungkin," katanya.
"Seperti biasa, Turki akan terus berdiri bersama orang-orang, teman-teman dan saudara Mesir untuk mendukung stabilitas politik, persatuan dan solidaritas serta kemakmuran ekonomi," kata pernyataan itu.
Pada Kamis, Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu menggambarkan tersingkirnya Moursi sebagai "tidak dapat diterima," dan mencap intervensi militer sebagai "kudeta militer," berbeda dengan AS dan pernyataan beberapa negara Eropa yang menahan diri dari menggunakan kata "kudeta".
"Seorang pemimpin yang tampil (berkuasa) dengan dukungan rakyat hanya dapat dihapus melalui pemilu. Hal ini tidak dapat diterima bagi para pemimpin yang terpilih secara demokratis, untuk alasan apa pun, yang akan menggulingkan melalui cara ilegal, bahkan kudeta," kata Davutoglu.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan pada Kamis mengadakan pertemuan luar biasa selama tiga jam di kantornya di Istanbul untuk menilai perkembangan terbaru di Mesir, tetapi tidak ada pernyataan resmi yang dibuat, demikian Xinhua.
(H-AK/B002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013