"Kita apresiasi pada IDI, para dokter ini sudah terlibat dalam intervensi gizi terpadu serta berjibaku dalam pendampingan keluarga risiko stunting di kabupaten dan kota juga pada audit kasus stunting," ujar dia saat menghadiri rangkaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ke-3 IDI di salah satu hotel di Kota Kendari, Kamis.
Selama menjabat sebagai kepala daerah hingga menjadi kepala BKKBN, ia mengaku menjumpai banyak ketimpangan karena tidak sedikit jumlah organisasi profesi yang tidak profesional.
"Saya sedih karena banyak organisasi profesi yang tidak profesional, tidak pernah bicara tentang kemajuan profesi bagi anggotanya, akan tetapi organisasi tersebut lebih dipakai untuk berpolitik praktis dan berebut kekuasaan," katanya.
Baca juga: BKKBN: Rakernas IDI momentum kuatkan peran dokter turunkan stunting
Akan tetapi, kata Hasto, hal tersebut tidak ada pada IDI karena menjadi organisasi yang baik dan berfungsi sebagai organisasi pembelajaran.
Ia mengatakan anggota IDI saling terbuka menyampaikan pendapat dan melakukan perdebatan substansial dalam ruang lingkup profesi dan produktif di bidangnya.
Oleh karena itu, kata dia, IDI terus memberikan edukasi publik terutama untuk kelompok tempat sebaya dan masyarakat luas pada umumnya.
Ketua Umum Pengurus Besar IDI Mohammad Adib Khumaidi menjelaskan rakernas tersebut untuk mengembangkan pembangunan sumber daya manusia di bidang kedokteran medis sebagai bagian upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia menuju masyarakat sehat dan sejahtera.
Ketua IDI Wilayah Sulawesi Tenggara La Ode Rabiul Awal yang biasa disapa sebagai dokter Wayong mengatakan IDI organisasi yang sahih sehingga apapun tantangan yang ada akan menjadikan lebih solid dan tidak goyah.
Baca juga: Kepala BKKBN sebut pentingnya sanitasi untuk cegah stunting di Kaltim
Baca juga: Menko PMK sarankan pengelolaan dana PMT diserahkan ke desa/kelurahan
Baca juga: BKKBN: Temukan akar kasus stunting agar intervensi lebih spesifik
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023