Jakarta (ANTARA) - Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky menilai Bank Indonesia (BI) perlu mempertahankan suku bunga kebijakan di level 6 persen pada pertemuan bulan November 2023 karena rupiah sudah berbalik menguat setelah melemah hampir mencapai Rp16 ribu per dolar AS pada Oktober 2023.

Menurut Riefky, penguatan rupiah terjadi karena keputusan BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober 2023 serta Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang mempertahankan suku bunga pada November 2023.

"Keputusan BI yang dikombinasikan dengan keputusan The Fed tersebut menghasilkan apresiasi rupiah sebesar 1,15 persen menjadi Rp15.530 per dolar AS pada 15 November 2023 dibandingkan level 16 Oktober 2023," ujar Riefky di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan, penguatan rupiah saat ini juga sebagian disebabkan oleh perangkat instrumen kebijakan baru yang diperkenalkan pada Agustus 2023 oleh BI, yaitu Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). SRBI digunakan untuk memperkuat upaya pendalaman pasar uang, menarik arus masuk portofolio, dan mengoptimalkan aset surat berharga negara (SBN) yang dimiliki BI.

Meskipun arus modal keluar masih diperkirakan terjadi karena meningkatnya ketidakpastian di pasar global, melambatnya permintaan global, dan sikap higher for longer oleh The Fed untuk jangka waktu yang lebih lama, mata uang Garuda kini relatif terkendali dan menunjukkan pola apresiasi selama sebulan terakhir.

Adapun usai The Fed mempertahankan suku bunga tetap pada kisaran 5,25 persen sampai 5,5 persen pada November 2023, ke depan otoritas moneter AS tersebut juga diperkirakan tidak akan mengubah suku bunga acuan pada Desember 2023, sehingga memberikan ruang bagi BI untuk tidak mengubah suku bunganya.

Selain perbaikan kondisi rupiah dan kemungkinan penahanan bunga Fed, Riefky mengungkapkan tingkat inflasi yang berada di bawah 3 persen dan surplus neraca perdagangan juga menjadi alasan bagi BI untuk mempertahankan suku bunga pada level saat ini.

Terganggunya produksi beras akibat fenomena El Nino menyebabkan tekanan inflasi yang tidak terlalu besar pada Oktober 2023 dengan inflasi umum tercatat sebesar 2,56 persen dibanding periode sama tahun lalu (year-on-year/yoy), dalam kisaran target BI.

Sementara itu, neraca perdagangan pada Oktober mencatatkan peningkatan surplus menjadi 3,48 miliar dolar AS, didukung oleh penurunan ekspor dan impor yang tidak terlalu parah dibandingkan bulan sebelumnya.

Riefky melanjutkan, pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen juga memberikan faktor pendukung lain bagi BI untuk mempertahankan tingkat suku bunga saat ini. Adapun ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94 persen (yoy) pada triwulan III-2023.

"Tingkat pertumbuhan ini sejalan dengan pola penurunan pertumbuhan ekonomi setelah Ramadhan, pola yang sudah berlangsung lama kecuali selama pandemi COVID-19," ujar Riefky.

Baca juga: Pelemahan rupiah terbatas karena investor nantikan RDG Bank Indonesia
Baca juga: IHSG menguat jelang keputusan suku bunga Bank Indonesia
Baca juga: Analis: SVBI dan SUVBI tarik dana masuk ke pasar domestik

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023