Sekadau, Kalbar, (ANTARA News) - Kalimantan Barat melalui Dinas Peternakan dan Kehewanan (DPK) sedang mengembangkan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) dengan energi biogas yang bahan bakunya dari kotoran hewan ternak. "Sementara ini kami baru memfokuskan energi biogas hanya untuk alternatif rumah tangga saja dan belum untuk energi listrik, karena memerlukan biaya yang sangat besar. Tetapi saya yakin kedepannya akan bisa memenuhi kebutuhan listrik," kata Kepala DPK Kalbar, drh M Abdul Manaf di Sekadau, Kamis (20/7). Ia mengatakan pengembangan energi alternatif dari kotoran itu akan dicobakembangkan pada November 2006. Dan tahun depan baru akan disosialisasikan ke daerah lain di Kalbar. Bahan enegri biogas, menurut ia, cukup mudah didapatkan, karena bahannya hanya dari kotoran hewan ternak, seperti kotoran sapi, babi, kerbau, ayam, dll yang diolah sedemikian rupa sehingga dari pengolahan itu timbulah gas. Kemudian disalurkan ke pipa-pipa dapur rumah tangga untuk memasak. Pembuatan biogas tidak memerlukan biaya yang besar bila dibandingkan BBM lainnya, karena bahannya cukup mudah didapat dan tidak perlu membeli, namun cukup dengan memelihara ternak. Hanya saja, menurut ia, pembuatan biogas memerlukan dana awal untuk membuat reaktor gas yang bisa terbuat dari drum bekas atau dari bahan semen agar lebih tahan lama. "Selain untuk pembuatan reaktor biogas dan kompor tempat memasak, tidak ada biaya lainnya," jelasnya. Untuk peralatan reaktor yang lebih kuat, ia menyatakan dapat menggunakan semen cor dengan biaya Rp7 juta dan akan memiliki ketahanan 25-30 tahun. Tetapi apabila membuat dengan drum bekas, maka cukup mengeluarkan biaya Rp400 ribu, hanya ketahanannya tidak selama penggunaan cor itu. Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan dan Kehewanan, DPK Kalbar, Buntaran, menambahkan, dengan adanya energi alternatif biogas, akan bisa mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap BBM yang harganya semakin lama semakin mahal. "Dengan menggunakan energi alternatif, kita tidak perlu membeli BBM. Cukup dengan membuat alat reaktor dan kalau perlu kita bisa memelihara ternak agar tidak sulit mendapatkan bahan pokoknya," katanya. Secara teknis, ia mengatakan DPK Kalbar sudah melakukan koordinasi dengan Universitas Brawijaya, Malang. Untuk tahun anggaran 2006, DKP mengajukan anggaran untuk 12 unit mesin. Program itu, menurut ia, tidak akan memberatka masyarakat karena anggarannya dari pemerintah provinsi. Setelah selesai baru pemanfaatannya diserahkan kepada masyarakat untuk digunakan. Namun hal itu tergantung kesediaan masyarakat lagi, apakah mau menggunakan energi alternatif itu.(*)

Copyright © ANTARA 2006