Islam Bibi pergi untuk bekerja pagi ini bersama menantunya di boncengan sepeda-motor ketika dua orang bersenjata melepaskan tembakan."
Lashkar Gah, Afghanistan (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata tak dikenal membunuh seorang perwira polisi wanita Afghanistan, Kamis, dalam serangan terakhir dari rangkaian kekerasan terhadap pejabat wanita di negara itu.
Letnan Islam Bibi, polisi wanita paling senior di provinsi bergolak Helmand, Afghanistan selatan, ditembak mati ketika dalam perjalanan ke tempat kerjanya di Lashkar Gah, ibu kota wilayah itu, kata sejumlah pejabat, lapor Reuters.
"Islam Bibi pergi untuk bekerja pagi ini bersama menantunya di boncengan sepeda-motor ketika dua orang bersenjata melepaskan tembakan," kata Omar Zwak, juru bicara gubernur provinsi. "Ia tewas di rumah sakit, namun menantunya selamat."
Zwak mengatakan, ibu dari tiga anak yang berusia 37 tahun itu mungkin dibunuh oleh Taliban, namun kelompok itu belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Taliban sering menyerang pejabat wanita senior yang bekerja untuk pemerintah Afghanistan dukungan AS, namun ada juga serangan-serangan yang terkait dengan kerabat pria yang konservatif.
Hanifa Safi, seorang anggota parlemen wanita dan ketua urusan wanita provinsi, tewas pada Juli tahun lalu di Afghanistan timur dalam ledakan bom yang dipasang militan di mobilnya.
Juga Kamis, empat remaja putri tewas di Helmand dalam ledakan bom pinggir jalan ketika mereka membawa air ke rumah mereka.
Taliban pada April meluncurkan "ofensif musim semi" tahunan mereka dengan janji melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri untuk menimbulkan korban maksimum dan memperingatkan warga Afghanistan yang bekerja untuk pemerintah agar menjauh.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.
Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.
Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
Penerjemah: Memet Suratmadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013