Jakarta (ANTARA) - Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, Dan Pertanahan (DKCTRP) DKI Jakarta mengatakan bahwa pengembangan tata ruang di kawasan berorientasi transit (transit-oriented development) perlu mempertimbangkan lingkungan dan keberlanjutan alam.
Kepala Bidang Pemanfaatan Ruang DCKTRP DKI Jakarta Merry Morfosa menyampaikan bahwa hal tersebut dilakukan guna mewujudkan lingkungan yang lebih sehat dan sejalan dengan pembangunan Jakarta menuju kota global.
"Tidak hanya untuk kawasan TOD (transit-oriented development), ketika kita menyusun rencana detail tata ruang ini atau rencana tata ruang, sebenarnya kita sudah mempertimbangkan bagaimana kita menerapkan solusi berbasis alam," kata Merry dalam acara gelar wicara Webinar Bicara Kota 2023 - Series 4: Menggali Potensi Kawasan Transit yang ditayangkan di kanal Youtube resmi DCKTRP DKI Jakarta pada Selasa.
Dia menjelaskan, dalam rencana tata ruang tersebut ada penerapan zero run off (nol limpasan), zero delta Q, ruang terbuka hijau, guna menjawab isu minimnya ruang terbuka hijau di Jakarta. Menurutnya, ada potensi untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut di kawasan berorientasi transit.
Salah satu yang mereka terapkan adalah indeks hijau biru, serta penyiapan ruang publik.
"Memungkinkan juga ruang antarbangunan di kawasan TOD itu bisa dimanfaatkan sebagai ruang bersama. Bisa dimanfaatkan sebagai ruang terbuka, baik sebagai yang hijau maupun non hijau," dia menambahkan.
Selain itu, katanya, adalah langkah-langkah untuk memanfaatkan dan mengolah air yang jatuh dari langit agar tidak terbuang sia-sia, serta mengolah limbah dari bangunan.
Dalam pemaparannya, dia menunjukkan ]sejumlah ketentuan yang beriorentasi pada keberlangsungan lingkungan dalam kawasan berorientasi transit, antara lain ruang terbuka hijau sebanyak 20 persen, punya sumur resapan sesuai ketentuan, serta ada kolam retensi seluas minimal lima persen dari kawasan tersebut yang terhubung dengan drainase kota.
Selain itu, ketentuan serupa juga diterapkan pada bangunan hijau yang di kawasan tersebut, antara lain efisiensi energi dan air; penerapan penggunaan material yang ramah lingkungan; perlindungan lingkungan hidup; dan mitigasi risiko keselamatan dan kesehatan, perubahan iklim serta bencana.
Menurutnya, dalam rencana tata ruang, terdapat pertimbangan-pertimbangan tentang sejumlah isu, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Dia berharap, dengan adanya kawasan berorientasi transit di Jakarta, maka semua orang bisa tinggal, berkegiatan, bahkan berekreasi di kota tersebut.
"Jangan sampai kawasan TOD ini menjadi ekslusif ya Bu, kalau bisa dia harus inklusif," kata Merry.
Pihaknya juga selalu terbuka untuk berdiskusi dan menerima saran dari masyarakat untuk membuat kebijakan yang lebih baik dalam pembangunan kawasan berorientasi transit.
Baca juga: Dinas Citata DKI berharap kawasan transit tingkatkan perkembangan kota
Baca juga: Satpol PP dan Dinas Tata Ruang perkuat koordinasi pengawasan IMB
Baca juga: Legislator minta Pemprov DKI atur tata ruang untuk tekan polusi
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023