Sungkai Utara, Lampung Utara (ANTARA News) - Para pelaku usaha di Kabupaten Lampung Utara mengeluhkan kondisi keamanan yang dinilai kurang kondusif, sehingga mengusik kenyamanan dan pengembangan usaha yang mereka jalankan.
Selain mengeluhkan kondisi keamanan, dalam dialog seri-2 yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Badan Pengurus Cabang Lampung Utara bertema "Mendorong Pengembangan Ekonomi dan Bisnis demi Kesejahteraan Rakyat Lampung Utara" di Desa Sukaraja Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara, Rabu, terungkap pula pelaku usaha yang memerlukan bimbingan, pembinaan, dan kepastian harga hasil produksi pertanian maupun perkebunan serta dukungan modal yang diperlukan.
Pelaku usaha di Lampung Utara berharap pemerintah kabupaten setempat dan jajarannya bersama aparat keamanan di daerah ini dapat segera mengatasi berbagai permasalahan khususnya kondisi keamanan, sehingga iklim usaha semakin baik, kompetitif, dan produktif.
Menurut Ketua Umum BPC HIPMI Lampung Utara Robby Adhitama, pelaksanaan FGD seri-2 ini bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Utara dan Universitas Lampung (Unila) sebagai lanjutan dialog yang digelar secara berseri dalam bentuk diskusi terfokus (focus group discussion/FGD) pada Selasa (2/7), di Desa Srimenanti Kecamatan Tanjungraja, dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten.
Seri kedua FGD yang digelar di aula Kecamatan Sungkai Utara menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Prof Dr Wan Abbas Zakaria (Dekan Fakultas Pertanian Unila), Ir Syahrio Tantalo MS (ahli ternak, Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian Unila), Rizani Puspawidjaja SH (tokoh adat Lampung), dan Syafarudin MA (akademisi FISIP Unila).
Perwakilan pelaku usaha pada 13 kecamatan di Kabupaten Lampung Utara bersama para camat masing-masing diundang menghadiri dialog terfokus berseri ini.
Dalam dialog dipandu Nasrun itu, pelaku usaha di Lampung Utara mengeluhkan aksi perampasan paksa (pembegalan) sepeda motor, pemalakan, pemerasan maupun tindak kriminalitas yang kerap dialami saat menjalankan usaha mereka.
"Beberapa kali sopir yang mengantar barang ke Sungai Utara ini, dicegat di jalan sehingga kehabisan bekal dan batal meneruskan perjalanan," kata salah satu pelaku usaha itu, B Santoso.
Dia juga mengaku beberapa sempat menjadi korban pemerasan dan pemalakan oleh para preman di daerah ini, sehingga merasakan ketidaknyamanan dan ketakutan dalam mengembangkan usaha yang ditekuninya.
Padahal menurut dia, hal yang paling penting diperlukan para pelaku usaha itu adalah keamanan, kenyamanan, dan kepastian berusaha tanpa mendapatkan gangguan dari pihak mana pun.
Jajaran pemerintahan setempat juga diharapkan membantu dan peduli pada pengembangan bisnis yang dijalankan para pelaku usaha lokal di daerah ini.
Pelaku usaha di Lampung Utara ini antara lain mengembangkan budidaya singkong dan karet, usaha pembuatan batu-bata, madu alami, pedagang dan beberapa usaha produktif dalam skala menengah ke bawah.
Jangan Sendirian
Rizani Puspawidjaja menganjurkan para pelaku usaha di Lampung Utara dapat berhimpun dan bekerjasama, tidak sendiri-sendiri mengembangkan usahanya.
"Pelaku usaha di sini harus bersama-sama mengembangkan usaha untuk memajukan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan warga di daerah ini," ujar mantan dosen Fakultas Hukum dan Pembantu Rektor III/II Unila itu pula.
Pakar pertanian Unila, Prof Wan Abbas Zakaria mengingatkan pelaku usaha di daerah ini untuk memastikan lebih dulu pasar atas produk yang dihasilkan, termasuk kepastian kontrak dengan spesifikasi produk yang diminta.
"Berbisnis itu harus jelas pasarnya, dan jangan coba-coba berbisnis atau menjual produk tertentu tanpa kejelasan pembeli atau pasarnya," ujar dia.
Menurut Wan Abbas selain itu, pelaku usaha harus memastikan produk yang dijual sesuai dengan standar yang diperlukan baik kualitas maupun kuantitasnya serta memiliki skala usaha yang menguntungkan.
Dalam berbisnis, dia juga mengingatkan pelaku usaha untuk menjaga kepercayaan agar tidak menjadi terpuruk karena ditinggalkan pembeli maupun mitra usaha akibat tidak bisa dipercaya lagi.
Ir Syahrio Tantalo juga menyampaikan bahwa Fakultas Pertanian Unila telah memiliki keliling klinik pertanian yang siap membantu pembimbingan budidaya pertanian, manajemen dan kemampuan usaha produktif, standard kualitas dan kepastian pemasarannya bagi para petani di seluruh Lampung.
Mobil keliling klinik pertanian itu mendapatkan bantuan dari Pemprov Lampung untuk dapat membantu petani di daerah ini.
"Silakan hubungi kami, dengan sumberdaya dan keahlian yang kami miliki mudah-mudahan dapat membantu masyarakat di Lampung ini," kata Syahrio pula.
Saat diskusi seri-1 di aula Balai Benih Induk (BBI) Desa Srimenanti Kecamatan Tanjungraja, Selasa (2/7), narasumbernya adalah Ir Anshori Djausal MT, Dr Ayi Ahadiat, Ir Syahrio Tantalo MS, Rizani Puspawidjaja SH. Anshori adalah putra asli Kabupaten Lampung Utara yang juga dosen Unila, dan kini mencalonkan sebagai wakil bupati, berpasangan dengan calon bupati H Zainal Abidin (Bupati saat ini).
Menurut Ketua HIPMI Lampung Utara Robby Adhitama, perkembangan ekonomi dan bisnis pada 23 kecamatan di Kabupaten Lampung Utara terus mengalami kemajuan sekaligus tantangan, sehingga tumbuh perbankan, minimarket, biro jasa, pasar tradisional, pedagang pengumpul, dan pabrik yang hampir merata di setiap kecamatan.
Namun kondisi sektor pertanian dan perkebunan, kata Robby, juga menghadapi permasalahan luas lahan perkebunan dan sawah yang berkurang akibat pertumbuhan penduduk dan permukiman baru.
Fluktuasi permintaan dunia atau pasar mengakibatkan komoditas lama ditinggalkan atau berkurang, seperti kopi, lada, cengkeh, dan karet, katanya.
Saat ini menurut dia, banyak berkembang perkebunan singkong, jagung, dan cokelat, namun yang dijual para petani dan pedagang tetap sama, yaitu bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah sehingga keuntungan yang diterima relatif kecil.
Potensi perikanan dan peternakan belum juga dapat terkelola dengan baik, dan terdapat pula permasalahan keamanan, infrastruktur jalan, dan birokrasi, kata Robby pula.
Tapi dia optimistis bahwa perkembangan ekonomi dan bisnis pada 23 kecamatan di Lampung Utara tetap memiliki peluang untuk berkembang, selain karena dorongan dari kalangan masyarakat dan dunia usaha itu sendiri, juga didukung jajaran Pemkab Lampung Utara.
Kabupaten Lampung Utara sebelum dipecah menjadi beberapa kabupaten pengembangan, dan kini telah menjadi kabupaten tersendiri, merupakan pusat pemerintahan, perekonomian dan bisnis di kawasan ini. Namun setelah itu, saat ini kejayaan yang dimiliki kabupaten ini apakah masih dapat terus dipertahankan, ujar dia lagi.
Diskusi berseri ini, menurut Robby, mengikutsertakan para camat bersama pelaku usaha di wilayah kecamatan setempat, dengan tema: Pembangunan Ekonomi dan Bisnis Demi Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Lampung Utara.
Dia berharap, Kabupaten Lampung Utara akan semakin maju secara bisnis dan perekonomian daerah ini terus meningkat.
"Lampung Utara yang semula menjadi pusat ekonomi dan pertanian, sentra penghasil kopi dan cengkeh, pasarnya buka hingga 24 jam, setelah dipecah menjadi beberapa kabupaten, kejayaannya hanya menjadi kenangan," ujar dia pula.
FGD ini diharapkan menghasilkan langkah terobosan dan rekomendasi penting bagi perencaanaan pembangunan Kabupaten Lampung Utara ke depan, kata dia.
Sebelumnya, Ir Anshori Djausal MT menegaskan bahwa potensi yang dimiliki Kabupaten Lampung Utara sebenarnya masih dapat terus dikembangkan dan dioptimalkan lagi, baik pada sektor pertanian-perkebunan, jasa dan perdagangan, pariwisata maupun pengembangan industri skala rumah tangga maupun pengolahan hasil pertanian-perkebunan untuk memberikan nilai tambah serta peningkatan pendapatan petani dan masyarakat daerah ini. (B014/Z002)
Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013