Empat segmen patahan semengko yang ada di Sumbar tersebut yakni segmen Sumpur di Kabupaten Pasaman, Segmen Sianok dari Kabupaten Agam hingga Danau Singkarak di Kabupaten Tanah Datar, Segmen Sumani di Kabupaten Solok, dan Segmen Suliti di Kabupaten So
Padang (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat, menyatakan dari empat segmen patahan yang dapat mengakibatkan gempa bumi, dua diantaranya harus diwaspadai masyarakat.
Manajer Pusat Pengendalaian Operasional BPBD Sumbar Ade Edwar di Padang, Rabu, mengatakan, terkait 6,2 Skala Richter (SR) yang berpusat di 35 kilometer dari Kabupaten Bener Meriah, Aceh, dengan kedalaman 10 km, yang juga menurut para ahli karena pergeseran Patahan Sumatera atau Semangko, patut diwaspadai karena di Sumbar ada empat segmen dari patahan tersebut.
"Empat segmen patahan semengko yang ada di Sumbar tersebut yakni segmen Sumpur di Kabupaten Pasaman, Segmen Sianok dari Kabupaten Agam hingga Danau Singkarak di Kabupaten Tanah Datar, Segmen Sumani di Kabupaten Solok, dan Segmen Suliti di Kabupaten Solok Selatan," kata Ade.
Dia menambahkan, empat dari dua segmen tersebut sudah lama tidak terjadi gempa, dan dua lainnya telah terjadi gempa pada 2007 dan juga awal 2013.
Dua segmen yang berpotensi untuk terjadi gempa tersebut adalah segmen sumpur yang membentang Kabupaten Pasaman, dimana kekuatanya bisa saja mencapai 6,9 SR, sebab telah hampir 150 tahun tidak terjadi gempa, demikian juga dengan segmen suliti yang sudah yang terakhir kali terjadi gempa tahun 1943.
Sebab itu bahaya gempa darat tersebut juga patut diwaspadai masyarakat disekitar segmen patahan tersebut, dimana perlu adanya program-program rumah aman gempa.
"Kita menyadari gempa tidak dapat diprediksi, namun masyarakat tentu harus tetap waspada, dan perlu mengetahui dimana mereka tinggal, agar antisipasi terhadap bencana alam dapat ditingkatkan," ujarnya.
BPBD Sumbar juga menjelaskan, jika gempa terjadi akibat segmen patahan semangko tersebut, diprediksi akses masuk akan terhambat, saat terjadi bencana alam, dikarenakan perkiraan dapat menimbulkan lingsor di lereng-lerang bukit menuju lokasi tersebut.
"Jika gempa akibat segemen patahan tersebut terjadi akses masuk ke daerah itu nantinya diperkirakan hanya dapat melakui jalur udara, sebab itu masyarakat juga harus menjadi desa tanggu, didaerah rawan tersebut," jelasnya.
Ade menambahkan, sejak 2012 BPBD telah memprogramkan dan mensosialisasi agar masyarakat dapat membentuk desa tangguh tersebut, untuk antisipasi jika terjadi bencana alam, dan gempa Aceh harus dijadikan pelajaran untuk kesiapan masyarakat menghadapi bencana alam.
(KR-AGP/R021)
Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013