Jakarta (ANTARA) - Banjir yang melanda Jakarta telah menjadi senandung pilu yang melingkupi keindahan ibu kota.
Dalam bayang-bayang ancaman banjir yang tak henti, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar kegiatan "Bakti Kita untuk Jakarta" sebagai manifestasi gotong royong untuk menyatukan seluruh lapisan masyarakat.
Tujuan dari kegiatan ini tidak hanya sekadar persiapan menghadapi musim hujan, melainkan panggilan bersama dalam irama perlawanan terhadap banjir, yang selama ini menjadi tarian kelam di Jakarta.
Musim hujan di Jakarta bukanlah fenomena alam biasa. Kemiringan lereng Jakarta dan aliran 17 sungai yang melintasi wilayah tersebut di antara penyebab utama banjir musiman.
Tidak hanya faktor alam, tapi aktivitas manusia yang mengakibatkan penurunan permukaan tanah karena penggunaan air tanah yang masif juga turut memperburuk situasi.
Pemprov DKI Jakarta memiliki berbagai strategi mitigasi banjir, dari upaya teknis hingga koordinasi dengan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan lintas Kementerian/Lembaga.
Rencana Pembangunan Daerah (RPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya menggambarkan komitmen pemerintah dalam menghadapi ancaman banjir.
Selain program prioritas penanganan banjir, seperti pembangunan waduk, revitalisasi sungai, dan pengembangan sistem pemantauan banjir, Pemprov DKI Jakarta juga melakukan upaya rutin seperti gerebek lumpur untuk memperlebar volume daya tampung air.
Bila melihat situasi terkini, BMKG memberikan data tentang puncak curah hujan di wilayah DKI yang diperkirakan terjadi pada Februari 2024.
Pemprov DKI Jakarta telah bergerak untuk mengantisipasi potensi risiko banjir dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta bersiaga hingga level kelurahan.
BPBD DKI juga memastikan kesiapan logistik, termasuk perahu, untuk digunakan dalam situasi bencana. Strategi ini mencakup upaya pencegahan, respons selama banjir, dan rehabilitasi setelah banjir.
Edukasi kepada warga tentang persiapan menghadapi banjir, seperti cara membuat tenda, dan pemasangan rambu-rambu kebencanaan di daerah rentan, telah dilakukan.
Pada akhir pekan lalu, Pemprov DKI kembali menunjukkan komitmennya. Lebih dari 2.000 aparatur sipil negara (ASN) dan penyedia jasa perorangan (PJLP) bersatu di bawah komando Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono melakukan kegiatan "Bakti Kita untuk Jakarta".
Tidak hanya sekadar simbolik, namun mereka terlibat aktif dalam aksi dengan fokus pada pembersihan sungai, waduk, setu, embung, serta saluran lokal dan tali air.
Langkah ini ditujukan untuk memastikan agar infrastruktur air berfungsi optimal, mengurangi risiko banjir yang seringkali disebabkan oleh saluran tersumbat lumpur dan sampah.
Partisipasi masyarakat
Pemprov DKI Jakarta menyadari bahwa mereka tidak dapat berjuang sendirian melawan banjir. Dengan konsep gotong royong, yang telah lama menjadi pilar budaya Indonesia, menjadi kekuatan dalam kegiatan "Bakti Kita untuk Jakarta".
Bagaikan sehelai benang yang terasa rapuh sendiri, namun menjadi kuat saat dijalin bersama, kegiatan ini mencerminkan kekuatan kolaborasi dalam menghadapi cobaan yang mengancam.
Lebih dari sekadar bekerja bersama, gotong royong di "Bakti Kita untuk Jakarta" merajut hubungan sosial yang erat, membawa semangat bertolong-tolongan, dan membangun rasa kebersamaan di tengah tantangan.
Partisipasi aktif masyarakat adalah elemen kunci dalam gotong royong yang diusung kegiatan ini. Tidak terbatas pada aparat pemerintah, kegiatan ini melibatkan masyarakat dari 44 kecamatan dan 267 kelurahan di Jakarta.
Dengan dukungan 240 alat berat yang tersebar di seluruh kota, Pemprov DKI Jakarta menargetkan pengerukan lumpur sebanyak 67.226 meter kubik sebagai langkah konkret mengatasi risiko banjir.
Meskipun disebut sebagai kerja bakti, kegiatan ini mencerminkan sikap komitmen, bukti kesetiaan, serta lambang cinta, dan hormat terhadap Ibu Kota Jakarta.
Kesadaran
Kesadaran masyarakat menjadi pondasi utama yang memperkuat keberhasilan, tidak hanya terfokus pada tugas fisik membersihkan sungai, tetapi juga pada kesadaran akan tanggung jawab bersama terhadap lingkungan dan kesejahteraan kota.
Pemahaman bahwa kebersihan sungai, kanal, dan lingkungan umum adalah tanggung jawab bersama yang harus diemban oleh setiap individu.
Dengan kegiatan "Bakti Kita untuk Jakarta", Pemprov DKI seakan mengajak masyarakat Jakarta untuk merenungi dampak langsung dari tindakan mereka terhadap lingkungan sekitar.
Dengan ikut serta secara aktif dalam membersihkan sungai, mengatasi saluran yang tersumbat, dan mengangkut sampah, setiap warga Jakarta menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi risiko banjir dan menjaga keindahan ibu kota.
Kesadaran masyarakat juga melibatkan pemahaman akan pentingnya pengelolaan sampah secara bijak. Setiap tindakan kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, dapat memiliki dampak besar terhadap keberlanjutan lingkungan.
Dengan adanya kesadaran ini, masyarakat tidak hanya melihat "Bakti Kita untuk Jakarta" sebagai kegiatan sementara, tetapi sebagai investasi jangka panjang dalam kehidupan mereka dan generasi mendatang.
Selain itu, kesadaran masyarakat mencakup pemahaman akan hubungan erat antara lingkungan dan kesehatan. Dengan memelihara kebersihan sungai dan saluran air, masyarakat Jakarta secara tidak langsung berkontribusi pada menjaga kesehatan mereka sendiri dan orang lain.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, dengan tegas, menekankan bahwa kebersihan Kota Jakarta bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan instansi terkait. Ini merupakan panggilan kepada setiap individu, dari pemimpin hingga warga biasa, untuk merasakan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan kota yang lebih baik.
Kegiatan "Bakti Kita untuk Jakarta" bukan hanya tentang membersihkan lingkungan fisik, melainkan juga tentang membersihkan pikiran dan pola pikir masyarakat. Kesadaran tersebut mengubah sikap menjadi lebih proaktif dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
Kesadaran masyarakat menjadi modal berharga dalam mencapai keberlanjutan lingkungan dan kehidupan yang lebih baik di Jakarta.
Dengan adanya kesadaran masyarakat yang kuat, kegiatan ini bukan hanya menjadi solusi jangka pendek terhadap banjir, tetapi juga menjadi fondasi untuk menciptakan perubahan budaya yang berkelanjutan.
Saat dihayati oleh setiap individu, kesadaran ini akan menjadi kekuatan besar yang mampu membawa Jakarta menuju masa depan yang lebih bersih, hijau, dan berdaya tahan terhadap tantangan lingkungan.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023