Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah berupaya mengoptimalkan pengembangan sektor kepelabuhan melalui program tol sungai.
Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor di Sampit, Selasa, menjelaskan, sektor kepelabuhanan berkontribusi cukup besar terhadap kegiatan ekonomi daerah, yakni barang dan jasa sangat tergantung pada transportasi sungai ataupun laut.
"Pendangkalan alur Sungai Mentaya diakui menjadi hambatan pengembangan ekonomi di sektor kepelabuhanan. Antrean kapal menyebabkan biaya tinggi, bahkan memicu lonjakan biaya jika terjadi penundaan keberangkatan kapal akibat terjebak alur sungai sedang surut," terangnya.
Untuk merealisasikan program tol sungai ini, beberapa waktu lalu Pemkab Kotim menggandeng PT Kawan Selaras Sejahtera, dengan mengeruk alur baru di Sungai Mentaya yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp260 miliar.
Kerja sama antara PT Kawan Selaras Sejahtera dengan pemerintah daerah ini yaitu untuk membuat alur baru sehingga tidak mengganggu alur lama. Bagi kapal kecil tetap bisa menggunakan alur lama.
Jika alur baru sudah dikeruk maka bisa digunakan penuh selama 24 jam dalam sehari. Selain itu kondisinya akan terus diawasi dan dilakukan pemeliharaan dengan langsung dikeruk jika terjadi pendangkalan.
Pengerukan alur Mentaya ini diharap membuat perekonomian Kotim semakin meningkat dengan signifikan. Distribusi barang maupun jasa akan semakin lancar dan biaya akan turun, sehingga harga kebutuhan pokok yang didatangkan dari Pulau Jawa menjadi lebih murah.
Pemerintah daerah mengeruk alur baru dengan panjang 19 mil atau sekitar 27 kilometer. Jika sudah dikeruk maka alur baru tersebut bisa dilewati selama 24 jam penuh dalam sehari sehingga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian.
Nilai investasi atau besar biaya yang dibutuhkan akan diketahui secara jelas melalui hasil "feasibility study" atau studi kelayakan. Namun pihak investor memperkirakan pengerukan tersebut akan menghabiskan biaya sekitar Rp260 miliar.
Adapun program tol sungai ini mendapat respon positif dari berbagai pihak, salah satunya perusahaan pelayaran PT Dharma Lautan Utama (DLU) yang berharap program yang sedang diperjuangkan pemkab tersebut segera terwujud karena diyakini membawa dampak positif besar bagi sektor kepelabuhanan.
"Ini menjadi harapan kita semua. Kalau program ini jalan dan alur sungai sudah dikeruk, harapan kita kapal-kapal besar bisa masuk ke Sampit sehingga berbagai kebutuhan itu akan lebih terjangkau dari sisi faktor perekonomian bagi masyarakat Sampit sendiri dan Kalteng pada umumnya," kata Manajer PT Dharma Lautan Utama Cabang Sampit Hendrik Sugiharto.
Menurut Hendrik, potensi sektor kepelabuhanan di Sampit masih cukup besar. Tidak hanya angkutan barang, potensi itu juga cukup besar dari sisi angkutan penumpang.
Hanya, optimalisasi potensi ini selama ini terkendala pendangkalan alur. Saat ini Sungai Mentaya hanya bisa dilalui saat kondisi air pasang dengan waktu sekitar enam sampai tujuh jam. Itu pun dengan kapal yang terbatas.
Untuk itulah DLU mendukung program tol sungai. Jika alur sudah dikeruk maka bisa dilintasi 24 jam penuh, bahkan oleh kapal dengan ukuran besar sehingga akan lebih efektif.
Dari sisi jarak, kata Hendrik, sudah selayaknya kapal yang masuk ke Pelabuhan Sampit menggunakan kapal berukuran besar karena jaraknya cukup jauh.
Dia menyebut, jarak Sampit ke Surabaya sekitar 300 mil, sedangkan ke Semarang sekitar 330 mil. Dengan jarak cukup jauh ini, sudah selayaknya menggunakan kapal berukuran lebih besar, seperti di Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar dan lainnya.
Dukungan juga disampaikan PT Pelindo karena diyakini akan berdampak signifikan terhadap peningkatan perekonomian.
"Sebuah kawasan itu akan berkembang kalau ada pelabuhan yang juga siap mendukung 24 jam di situ. Salah satunya itu. Lihat saja semua daerah itu, kalau pelabuhannya maju, daerahnya pasti akan maju," kata Sub Regional Head Kalimantan PT Pelindo, Sugiono.
Saat ini sektor kepelabuhanan di Kotawaringin Timur belum optimal akibat pendangkalan alur Sungai Mentaya. Alur hanya bisa dilintasi oleh kapal barang dan penumpang saat air sungai sedang pasang.
Dalam kondisi itu, alur hanya bisa dilintasi sekitar tujuh hingga delapan jam dalam sehari. Akibatnya, frekuensi kapal dan ukuran kapal yang masuk selama ini cukup terbatas.
"Logikanya alur ini seperti jalan. Kalau jalan itu ibaratnya mulus, lebar dan lancar tentu angkutan yang melaluinya juga akan lancar. Termasuk alur sungai ini, kalau dalam maka tentunya kapal-kapal yang lewat akan semakin berukuran besar dan harapannya muatan juga lebih banyak," ujar Sugiono.
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Norjani
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023