Anggota Yakuza berpenampilan seperti umumnya orang kebanyakan tidak terlihat menyeramkan dengan tato yang terlihat di sekujur tubuh, misalnya. Namun karena pekerjaan di dunia hitam tersebut telah menciptakan peran ganda di kehidupan umum.

Jakarta (ANTARA News) - Yakuza ada di Indonesia? Siapa akan percaya sebab organisasi ini hanya diketahui berada di Jepang dan mampu membuat bulu kuduk berdiri bila mengingat sepak terjang yang dilakukan sebagai sebuah organisasi kejahatan terorganisir yang dikenal kejam dan sadis.

Kelompok ini sudah ada sejak zaman Tokugawa atau zaman Edo. Yakuza pertama bisa disebut Isokichi Yoshida (1867--1936) dari Kitakyushu yang merupakan pemimpin pertama Yamaguchi-gumi. Yakuza Jepang masa lalu dan masa kini telah berbeda. Kalau dulu semangat kesatria dan jiwa Bushido masih kuat, sekarang generasi muda Yakuza sudah luntur semangat jiwa Bushido-nya.

"Anggota Yakuza berpenampilan seperti umumnya orang kebanyakan tidak terlihat menyeramkan dengan tato yang terlihat di sekujur tubuh, misalnya. Namun karena pekerjaan di dunia hitam tersebut telah menciptakan peran ganda di kehidupan umum. Bisa dipakai untuk hal positif tetapi juga digunakan untuk hal negatif," kata Penulis buku "Yakuza Indonesia", Richard Susilo yang akan meluncurkan buku setebal 300 halaman di bawah penerbit Kompas Gramedia.

Pengalaman lebih dari 20 tahun berkecimpung di dalam kewartawanan di Jepang, membuat Richard Susilo, malang melintang dengan berbagai sumber. Mulai dari bawah, sampai ke tingkatan Perdana Menteri Jepang. Salah satu yang cukup ditekuninya adalah sindikat kejahatan Jepang, Yakuza.

"Saya menekuni Yakuza sebagai bahan studi, bahan pelajaran, ibaratnya seseorang ingin mencapai gelar pendidikan membuat skripsi khusus, itulah yang saya lakukan. Satu fenomena menarik bagi saya di tengah budaya Jepang yang sangat halus, indah dan hormat satu sama lain. Tetapi dunia Yakuza pun juga bagian dari sejarah dan budaya Jepang, tidak bisa kita menutup mata keberadaan mereka di dalam kehidupan sehari-hari di Jepang," paparnya.

Begitu pula mengenai Yakuza, Richard berharap dengan mempelajari segala hal mengenai Yakuza, masyarakat dan Pemerintah Indonesia dapat mengantisipasi segala hal yang terkait dengan sindikat kejahatan Yakuza ini.

"Lebih menarik lagi, Yakuza memang sudah masuk di Indonesia dan kita perlu mengetahui lebih baik lagi, bagaimana mengenali mereka, ciri mereka, apa yang mereka kehendaki dan sebagainya. Tulisan yang disajikan semua bukan isapan jempol, bukan karangan fiksi bukan khayalan tetapi kenyataan yang ada di Jepang dalam sejarahnya hingga saat ini," katanya.

Mantan wartawan harian Prioritas dan Bisnis Indonesia yang puluhan tahun sudah menetap di Jepang itu meminta Pemerintah Indonesia harus mewaspadai pengaruh dan invasi bisnis sindikat mafia asal Jepang, Yakuza yang sudah masuk ke Indonesia sejak beberapa tahun terakhir.

"Saya ingatkan pemerintah untuk berhati-hati adanya pengaruh Yakuza. Mereka bisa mengacaukan perekonomian Indonesia sebab perekonomian kita yang tengah bagus saat ini membuat para investor asing untuk berbisnis di Indonesia, termasuk organisasi kriminal asal Jepang," katanya.

Yakuza melakukan tindakan pencucian uang di Indonesia dengan cara kerja yang rapi dan mengikuti aturan bisnis di negara yang dituju, sebut saja misalnya bermain saham di pasar modal. "Perhatikan saja, kalau pasar uang dan pasar modal Indonesia tiba-tiba `meledak`, itu patut dicurigai," ungkapnya.

Pria yang lama tinggal di Jepang ini juga mengingatkan masyarakat Indonesia agar selalu mewaspadai kerja sama bisnis baru. Karena, bisa jadi Yakuza memanfaatkan orang Indonesia untuk menjalankan bisnisnya.

Filosofi Yakuza adalah materi atau uang, kehidupan bisnis mereka besar di bidang properti, pertambangan, saham, dan juga narkoba. Mereka pandai memanfaatkan siapa saja oknum di Indonesia baik oknum kalangan birokrasi pemerintahan, oknum kepolisian, oknum imigrasi, dan lain lain, demi kepentingan bisnis.

Segala cara dilakukan Yakuza di Indonesia dengan memanfaatkan ekonomi Indonesia diantaranya dengan membangun perusahaan fiktif. Dari data yang ia peroleh, sedikitnya sekitar dua triliun rupiah uang Yakuza sudah masuk ke Indonesia melalui metode pencucian uang.

Perkembangan perekonomian Indonesia yang sangat maju berdampak bukan hanya bertambahnya investasi asing terutama Jepang, tetapi bersamaan dengan itu perekonomian Indonesia sudah disusupi Yakuza. "Para Yakuza ini berbisnis layaknya pelaku bisnis namun dampak kehadiran mereka di Indonesia sangat besar karena Yakuza adalah kelompok teroganisir, terstruktur baik".

Ia mengingatkan sudah saatnya Pemerintah Indonesia lebih berhati-hati ditengah gencarnya kedatangan investor dari Jepang sebab tidak mustahil beberapa diantaranya ada yang beritikad kurang baik. Dalam bukunya Richard secara gamblang mengungkapkan kedatangan Yakuza di indonesia sesungguhnya sudah terjadi sejak tahun 1970-an dan jumlahnya terus bertambah pascagempa besar pada Maret 2011 yang membuat perekonomian Jepang tumbuh rendah dan belum pulih seperti sebelumnya.

Kiprahnya sebagai mantan wartawan dan konsultan bisnis di Jepang membuat dirinya memahami seluk beluk Yakuza, khususnya di Indonesia. "Saya cinta Merah Putih, apa yang saya ungkap ini bukan tanpa risiko, namun saya lakukan ini demi kepentingan pemerintah dan negara Indonesia yang pembangunannya sedang tumbuh dan menjadi incaran Yakuza serta aksi pencucian uang pihak Yakuza di sini," ujar penggemar dan kolektor prangko ini.

Bila masih penasaran kisah tentang Yakuza dan sepak terjangnya di Indonesia yang dihasilkan dari pengalaman panjang Richard Susilo dapat dibaca lebih lanjut dalam buku yang akan diluncurkan pada 14 Juli 2013.

Buku dengan cover (sampul) berwarna dasar hitam dengan gambar bunga Sakura dan wajah setan berwarna kuning itu akan segera tersedia di toko buku Gramedia pada 15 Juli mendatang.
(Z003/Z002)

Oleh Zita Meirina
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013