Beirut (ANTARA News) - Penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Libanon selatan hari Rabu waktu setempat menyatakan bahwa markas besarnya dan satu dari kantor lainnya dibom balatentara Israel."Markas besar kami di Naquora dihantam peluru artileri dan satu markas UNIFIL di Marun Ras terkena dua mortir," kata juru bicara UNIFIL, Milos Stugar, kepada kantor berita Jerman (DPA) per telepon.Dalam serangan itu tidak ada korban jiwa, katanya.Stugar menyatakan, artileri Israel datang sesudah pejuang Hizbullah menembakkan roket ke Israel dari daerah dekat kedua markas itu.PBB hari Selasa menyatakan telah mengungsikan beberapa ratus staf tidak pentingnya dari Libanon akibat serangan Israel terhadap sasaran Hizbullah.Organisasi dunia itu menyatakan, 445 karyawannya telah diungsikan dari Libanon menyusul keberangkatan kelompok pertama tanggungan dan tamu organisasi itu dari Beirut hari Senin (17/7).Sekira 130 karyawan dan tanggungan mereka sementara itu masih di Tyre, Libanon, di sebuah tempat aman dan mungkin dipindahkan atau diungsikan pada waktu kemudian, tergantung pada kegawatan keadaan, kata pernyataan badan dunia tersebut."Pada tahap ini, 445 karyawan Perserikatan Bangsa-Bangsa diungsikan dari Libanon ke tempat lebih aman di kawasan itu. Pemindahan kembali akan kami putuskan ketika keadaan baik," kata Farhan Haq, juru bicara badan dunia itu, kepada wartawan.Badan dunia itu memiliki 600 karyawan antar-bangsa dan tanggungan mereka, termasuk 280 karyawan penting, bersama dengan 1.200 karyawan warga Libanon dan tanggungan mereka.Pengungsian itu tidak akan memengaruhi kegiatan pasukan pengawas perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon selatan (UNIFIL), yang beranggotakan 2.000 tentara, kata sejumlah pejabat.UNIFIL terus melakukan tugas sebaik-baik kemampuannya, meskipun tembak-menembak dan pemboman udara berlangsung, kata Haq."Semua kedudukan di daerah gerakan UNIFIL secara tetap diduduki dan dijaga sejak sekarang dan pekerjaan itu berlanjut. Mereka juga maju dengan kerja kemanusiaan berkoordinasi dengan pemerintah Libanon," tambahnya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006